Cuaca selama pekan terakhir ini dapat dibilang belum stabil, tak menentu. Terutama di kawasan Yogyakarta dan Jawa Tengah masih selalu nampak mendung, kadang gerimis kecil, kemudian panas menyengat di siang hari, disusul mendung lagi dan hujan deras di sore/petang atau malam.
Berkait fluktuasi gejala alam ini, ada sesuatu hal yang menarik. Tak hanya undangan hajat nikahan/kawinan yang banyak dijumpai sekaligus kita hadiri. Sejak bulan Februari hingga pertengahan Maret ini – menurut perhitungan secara kultural – memang saat yang cocok untuk melangsungkan hajatan, terutama kawinan atau di Jawa sering disebut > acara mantenan.
Saking banyaknya acara nikahan atau mantenan ini, salah seorang kawan pengusaha yang dikenal di kampungnya sempat berkelakar begini: “mas kalau mau, silakan ambil itu undangan untuk menghadiri acara nikahan, banyak koq dan silakan pilih…” he..heeh
~~~
Omong-omong tentang kawinan, ternyata tidak hanya manusia yang kebelet untuk melakukannya. Di musim penghujan seperti sekarang, kutemui peristiwa menarik di halaman depan rumah sahabat karibku. Ternyata, binatang pun pada musim beginian juga sedang asyik-asyiknya melakukan proses alami untuk berkembang biak.
[caption id="attachment_248914" align="alignleft" width="300" caption="belalang sedang kawin_1 (jm)"][/caption]
[caption id="attachment_248917" align="alignleft" width="300" caption="belalang sedang kawin_2 (jm)"]
Berdasar runutan waktu amatan ringan selama satu jam lebih diperoleh gambaran bahwa belalang yang hendak kawin ini didahului kejar-kejaran, lompat sana, disusul lompat sini hinggap di dahan/ranting pepohonan perdu > hingga terjadilah proses pembuahan tersebut . Belalang betina nampak lebih besar postur tubuhnya, sedangkan belalang jantan lebih langsing namun cenderung lebih agresif.
Secara instingtif, sangat boleh jadi posisi alamiah ini menjadi kebiasaan belalang dalam melangsungkan pengembangbiakannya. Sayang sekali, penulis tak bisa menggali lebih jauh tentang seluk beluk dunia perbelalangan, di samping keterbatasan referensi juga tak mampu menggali lebih jauh mengenai masa-masa birahi binatang tersebut.
Namun demikian, setidaknya hasil jepretan di atas > dalam bahasa manusia, konon katanya sering disebut bent spooning position. Hanya saja si belalang jantan ini menancapkan “alatnya” selama lebih dari 60 menit tanpa terlihat gerakan sedikitpun, mungkin pula sebagai pertanda “injeksi” sudah masuk dan terjadi reaksi di bagian terdalam…
Tak perduli angin sepoi-sepoi dan embun pagi masih tersisa di bagian pohon yang dihinggapi, belalang tersebut masih melanjutkan tugasnya. Sementara anak belalang yang masih kecil-kecil kutemui di lokasi sekitarnya, melompat seolah berkejar-kejaran di rerumputan. Gejala tersebut juga menunjukkan bahwa saat ini sedang musim belalang kawin atau mulai berkembang biak.
[caption id="attachment_248923" align="alignleft" width="300" caption="anak belalang hinggap di rerumputan (jm)"]
Di penghujung musim penghujan kayak sekarang, atau hendak memasuki musim peralihan menjelang kemarau, banyak fenomena alam di seputaran kebun, halaman rumah serta lingkungan sekitar. Semuanya akan banyak memberi makna dalam hidup dan kehidupan. Manusia, tumbuh-tumbuhan, dan binatang (yang tidak membahayakan) merupakan satu kesatuan ekosistem yang tentunya saling menguntungkan.
Itulah sekelumit gambaran atau sebagian dari kondisi lingkungan hidup di seputaran kita yang juga perlu mendapat perhatian sekaligus layak dilestarikan, jangan diganggu atau diusik, apalagi dirusak atau dimusnahkan.
Salam lingkungan hidup.
JM (13-3-2013).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H