Mohon tunggu...
Joko Martono
Joko Martono Mohon Tunggu... Penulis - penulis lepas

belajar memahami hidup dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengingati Jasa dan Pengabdian Masri Singarimbun (Alm)

25 September 2011   06:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:38 985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tepat tanggal 25 September 1997 dalam usianya 66 tahun, Masri Singarimbun (Alm) telah berpulang ke alam baka. Beliau pantas disebut sesepuh di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta > karena selama hidupnya menjadi tenaga pendidik, pengajar sekaligus tak lepas dari jasa dan pengabdian yang ikut mengangkat nama UGM dikenal di lingkup internasional.

Sebagai salah satu bentuk penghormatan sekaligus mengingati jasa, dedikasi dan pengabdian almarhum Prof Dr Masri Singarimbun yang telah berkontribusi mendirikan dan membesarkan lembaga PSKK semasa hidupnya > kemudian Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM memberi nama Gedung Magister Studi Kebijakan (MSK) menjadi Gedung 'Masri Singarimbun'

[caption id="attachment_137210" align="alignleft" width="300" caption="jepretan pagi tadi"][/caption]

Prof Dr Masri Singarimbun yang akrab dipanggil Pak Masri dan punya nama kecil Matahari, adalah seorang pakar antropologi sosial dan ahli dalam bidang studi kependudukan. Beliau pendiri sekaligus direktur pertama Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM (1973-1983). Pria asli suku Batak yang suka menekuni dunia riset/penelitian ini terlahir 18 Juni 1931 dan telah banyak berkontribusi nyata ditandai dengan berbagai karya tulis ilmiah yang terpublikasikan.

Sepintas merunut penelitian beliau, dapat diketahui bahwa sejak menjadi murid SMA Negeri 1 Medan (tahun 1954) telah menjelajahi banyak desa di tanah Karo, mengumpulkan berbagai peribahasa. Hasil penelitian ini menjadi buku: 1000 Perumpamaan Karo, diterbitkan di Medan, 1962.

Lulus SMA kemudian menimba ilmu di Yogyakarta > masuk Fakultas Paedagogi UGM tahun 1959, beliau kemudian mendapat beasiswa untuk belajar di Australian National University (ANU), Canberra. Gelar doktor antropologi diraihnya dari universitas tersebut dengan judul disertasi > Kinship, Descent and Alliance among the Karo Batak, 1966.

Selama sebelas tahun menetap di Australia, beliau sempat menjadi pembantu khusus Atase Militer KBRI di Canberra, dan Research Fellow di ANU. Tetapi, Pak Masri kemudian berkeputusan untuk pulang kandang. Dalam beberapa dokumentasi di lingkungan UGM, beliau menyatakan > ''Kami ingin membesarkan dan mendidik anak-anak di Indonesia,'' ujar Masri, yang menikah dengan Irawati, 1959, gadis Semarang teman kuliahnya di Paedagogi UGM.

Berkat ketekunannya atas studi yang digeluti, karya tulis Pak Masri tidak terhitung jumlahnya, demikian halnya berbagai makalahnya. Penduduk dan Kemiskinan: Kasus Srihardjo di Pedesaan Jawa, merupakan salah satu bukunya yang terkenal, diterbitkan Bhratara Karya Aksara, Jakarta, 1976. Buku ini terjemahan dari bahasa Inggris yang diterbitkan oleh Universitas Cornell, Ithaca, 1973. Sedangkan disertasinya diterbitkan oleh University of California Press, Berkeley, AS, 1975.

Di samping tugas pokoknya sebagai dosen yang mengajar antropologi terapan di Fakultas Sastra dan Kebudayaan UGM (sekarang > Fakultas Ilmu Budaya), Pak Masri juga Direktur Pusat Penelitian dan Studi Kependudukan (PPSK) UGM. Beliau juga dikenal sebagai kolumnis di berbagai media massa sepeti Kompas, Sinar Harapan, Kedaulatan Rakyat, danmenulis di majalah Tempo. Buku yang ditulis untuk kalangan mahasiswa, peneliti atau mereka yang berkecimpung dalam dunia riset telah disusunnya pula, seperti dapat dilihat di bawah ini:

[caption id="attachment_137211" align="alignleft" width="150" caption="metode penelitian"][/caption]

Salah satu buku yang menjadi dasar para mahasiswa belajar melakukan riset/penelitian, yaitu buku yang ”laris manis” hasil karya Pak Masri bersama Sofian Effendi > berjudul Metode Penelitian Survai, hampir pasti ditemui di berbagai toko buku dan selalu dicetak ulang hingga dilakukan penilaian berkelanjutan dan melahirkan buku edisi revisi.

Menurut Prof Dr Sjafri Sairin, antropolog UGM, mengaku banyak memeroleh pengalaman dari Pak Masri. Menurutnya, beliau adalah sosok yang lugas dan berdisiplin. Sikap yang layak dikagumi yaitu berani mempertahankan kenyataan dan kebenaran, di mana semua orang tidak berani melakukannya di era Orde Baru.

Sementara itu, Prof Muhadjir Darwin, selaku penerus aktivitas yang dirintis almarhum dan juga peneliti di PPSK UGM > menyebutkan bahwa penamaan Gedung Masri Singarimbun patut diberikan sebagai jasa yang telah banyak nilainya sekaligus penghormatan kepada beliau atas pengabdiannya.

Atas dedikasi dan kontribusi nyata yang telah beliau berikan maka Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM memberi nama Gedung Magister Studi Kebijakan (MSK) menjadi Gedung Masri Singarimbun tidaklah berlebihan. Ini bukanlah mengkultuskan sosok almarhum, tetapi justeru menempatkan Pak Masri sebagai manusia biasa yang memiliki kelebihan-kelebihan yang bisa dijadikan contoh dan diharapkan kita mampu menggali nilai-nilai positif yang ditinggalkannya.

Perlu diketahui bahwa Gedung Masri Singarimbun ini dibangun secara mandiri oleh PSKK UGM, tanpa ada sama sekali subsidi dari pemerintah, pihak universitas, lembaga donor maupun pinjaman dari Bank. Itu semua dapat terlaksana dari hasil efisiensi pengelolaan sisa dana dari pengerjaan berbagai proyek penelitian. Dan ini sekaligus merupakan suatu nilai efisiensi, produktivitas, kreativitas, dan akuntabilitas yang telah dicontohkan oleh almarhum selama mengelola PSKK UGM Yogyakarta

JM (25-9-2011).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun