Mohon tunggu...
Joko Martono
Joko Martono Mohon Tunggu... Penulis - penulis lepas

belajar memahami hidup dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mendapat Kiriman Buku Baru

6 Agustus 2011   03:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:03 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, Sabtu 6 Agustus 2011 pastinya diriku pantas bersyukur karena di atas meja kerja kudapati 3 (tiga) buah buku baru tertumpuk rapi. Masing-masing buku berjudul: Panduan Riset Khalayak (Desain dan Metode untuk Lembaga Penyiaran Publik), Pelarangan Buku di Indonesia: Sebuah Paradoks Demokrasi dan Kebebasan Berekspresi, dan Subconcious Mind Writing (Memanfaatkan Kecerdasan Luar Biasa Pikiran Bawah Sadar dalam Penulisan).

Dilihat dari posisi tumpukan buku (sebelum kuperiksa isinya), buku-buku ini ditaruh di mejaku sejak kemarin sore. Biasanya setiap ada kiriman datang, Pak Satpam langsung mengantarkan ke ruanganku, beliau-beliau inilah yang setia bahkan sopan setiap saat, selalu memerhatikan layanan serta kebutuhan diriku ketika berada di ruang kerja. Terimakasih ya Pak Satpam...! Dan tentunya tak lupa mengucap banyak terimakasih teruntuk kolega-kolegaku yang penuh rasa persahabatan telah sudi mengirimkan buku/bahan bacaan sebagai tambahan referensi sesuai bidang kerjaku.

[caption id="attachment_127289" align="aligncenter" width="300" caption="kiriman buku baru"][/caption]

Sepintas menelaah isi/materi yang tertulis dalam buku-buku tersebut menunjukkan bahwa pada buku yang berjudul Panduan Riset Khalayak, dikemukakan betapa pentingnya riset dilakukan sebagai langkah pengembangan ke depan. Buku yang disusun berdasarkan hasil penelitian ini memaparkan bahwa bagi lembaga penyiaran publik, riset dilakukan tidak untuk memenangkan persaingan dalam pengertian pasar, tetapi lebih pada upaya memenangkan perhatian publik. Ini mengingat misi lembaga penyiaran publik sebagai penjaga identitas bangsa tidak akan berhasil jika program-program yang disiarkan tidak didengarkan oleh khalayak. Preferensi pendengar dalam hal ini menjadi penting karena melalui cara itulah program bisa dirancang secara baik sehingga didengarkan khalayak.

Buku ini ditulis oleh Puji Rianto, dan kawan-kawan. Diterbitkan oleh Pusat Kajian Media dan Budaya Populer (PKMBP) Yogyakarta bekerjasama dengan Puslitbangdiklat LPP RRI. Cetakan pertama: Mei 2011. Tebal 163 halaman.

~~~

Buku kedua berjudul Pelarangan Buku di Indonesia: Sebuah Paradoks Demokrasi dan Kebebasan Berekspresi, lebih fokus menyoroti keberadaan buku terutama di Indonesia. Disebutkan bahwa pembredelan buku di-ibaratkan sebuah “aborsi” yangmembunuh generasi pengetahuan yang akan dilahirkan. Pelarangan buku oleh negara adalah paradoks bagi kebebasan bermedia yang telah dirasakan bangsa Indonesia selama lebih dari satu dekade. Buku yang merupakan hasil laporan riset mengenai pelarangan buku di Indonesia di era reformasi ini dilakukan melalui metode studi kasus dengan subyek penelitiannya adalah para pelaku perbukuan (penulis, penerbit, distributor, toko buku, asosiasi perbukuan), regulator (Kejaksaan Agung, Kepolisian, Mahkamah Konstitusi, DPR), pengamat dunia perbukuan (akademisi meliputi sejarawan, budayawan, pakar hukum dan media), serta publik pembaca.

Buku ini ditulis oleh Iwan Awaluddin Yusuf, dan kawan-kawan. Diterbitkan oleh Pemantau Regulasi dan Regulator Media (PR2Media) Yogyakarta bekerjasama dengan Friedrich Ebert Stiftung (FES). Cetakan kedua: Januari 2011. Tebal buku 210 halaman.

~~~

Buku ketiga berjudulSubconcious Mind Writing, (seharusnya: Subconscious) ini menekankan kepada pembaca yang budiman bahwa menulis itu sesungguhnya tidaklah sulit. Ada pun cara yang ditawarkan adalah melalui langkah menyinergikan antara pikiran sadar (consciuos) dengan subconscious (bawah sadar). “Pikiran sadar merupakan kendali utama yang selanjutnya memerintahkan kepada pikiran-pikiran bawah sadar untuk menjalankan mekanisme dalam sebuah sistem sehingga menghasilkan output berupa produk tulisan.” Disebutkan dalam buku ini, kekuatan pikiran sadar manusia (yang menggunakan otak) hanya mampu dioptimalkan hingga sebatas 12 persen, selebihnya (88 persen) merupakan pikiran-pikiran bawah sadar. Pada hal, dalam pikiran bawah sadar tersebut tersimpan kecerdasan-kecerdasan alam semesta yang jumlahnya tak terhingga. Nah, kemampuan untuk menyinergikan pikiran sadar dan bawah sadar inilah yang selanjutnya akan menumbuhkan inspirasi serta mampu menggali perolehan tema yang layak menjadi sebuah judul tulisan beserta proses sistematis dalam menguraikannya.

Buku ini ditulis oleh I Ketut Suweca, yang juga sebagai Kompasianer dan masih aktif menulis hingga kini. Diterbitkan oleh Udayana University Press. Cetakan pertama: 2011. Tebal buku 182 halaman.

~~~

Barang tentu tulisan ringkas yang mengulas buku-buku baru ini tak akan banyak memberi manfaat nyata bagi pembaca jika hanya disajikanmelalui paparan semata. Untuk menepis anggapan bahwa tulisanku hanya sebagai ajang “pamer buku baru” maka dipersilakan bagi siapa saja yang berminat atau berkepentingan untuk ikutan membaca sekaligus memanfaatkannya. Membuat janji proporsional yaitu kapan, di mana, pukul berapa akan ketemuan merupakan informasi awal yang lazim dilakukan dalam membangun relasi antarteman. Bukankah begitu? Have a nice weekend for all.

JM (6-8-2011).

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun