Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) serentak tahun 2015 sudah usai. Termasuk yang berlangsung di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan penyoblosannya berlangsung 9 Desember 2015 lalu telah dilakukan di tiga wilayah kabupaten yaitu di Kabupaten Sleman, Kabupaten Gunungkidul, dan Kabupaten Bantul.
Sejak hari pertama proses penghitungan suara pemilih hingga penetapan pemenang oleh masing-masing Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) setempat per-tanggal 21 Desemer 2015 dapat dirangkum hasilnya sebagai berikut:
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Sleman menetapkan calon incumbent, Sri Purnomo dan wakilnya Sri Muslimatun sebagai pemenang Pemilukada 2015. Keputusan tersebut disampaikan dalam rapat pleno terbuka penetapan pasangan calon (paslon) terpilih di Aula Monumen Jogja Kembali, Senin 21 Desember 2015. Paslon Sri Purnomo – Sri Muslimatun unggul dengan memeroleh 297.267 suara, sedangkan paslon Yuni Satia Rahayu – Danang Wicaksana mendapatkan 227.633 suara.
Di Kabupaten Gunungkidul, Badingah (incumbent) dan Immawan Wahyudi sebagai paslon terpilih meraih sebanyak 167.915 suara mengungguli tiga paslon lainnya yaitu Djangkung - Endah yang meraih 104.440 suara, Benyamin – Mustangid dengan perolehan 98.379 suara, dan paslon Subardi – Wahyu yang meraih 54.076 suara. Penetapan pemenang ini diumumkan dalam rapat pleno terbuka di Kantor KPU Kabupaten Gunungkidul (21/12) lalu.
Sedangkan Pemilukada Kabupaten Bantul, calon incumbent Sri Surya Widati berpasangan dengan Misbakhul Munir tumbang dilibas ‘angin perubahan’ sehingga harus mengakui keunggulan paslon nomer urut satu yaitu Suharsono – Abdul Halim Muslih yang diusung Partai Gerindra, PKB, memeroleh 261.667 suara atau 52,80 persen.
Incumbent yang diusung PDIP dan Nasdem serta didukung sejumlah elit parpol lokal dalam hal ini hanya mendapatkan dukungan 233.667 suara atau 47,20 persen. Penetapan tersebut dilakukan setelah KPU Bantul melakukan penghitungan suara, dan setelah batas waktu yang ditentukan paslon yang kalah tidak mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (Harian Jogja, Kedaulatan Rakyat, Harian Bernas, 22 Desember 2015).
Suharsono – Halim, Mengejutkan
Perhelatan politik dalam proses menapak denyut demokrasi di daerah seperti dipaparkan di atas sesungguhnya merupakan bagian dari gambaran kehidupan politik lokal dengan kekhasannya masing-masing. Bahkan dalam pemilukada kali ini banyak hal yang menarik sekaligus pantas dicermati sehingga perjalanan politik dari masa ke masa cukup mengalami perkembangan yang dinamis.
Dalam catatan sejarah politik, pada umumnya calon incumbent (petahana) memiliki peluang lebih besar untuk memenangi ‘perebutan kekuasaan’ karena dari segi pengalaman, kesiapan perencanaan dan fasilitas penunjangnya lebih mapan dibanding calon atau kandidat yang baru muncul di kancah dunia perpolitikan.
Hal demikian terbukti bahwa di beberapa tempat yang melangsungkan pemilukada, serentak 2015 kebanyakan dimenangi paslon incumbent. Seperti yang terjadi di DIY, di kabupaten Sleman dan Gunungkidul – incumbent melenggang sukses mendulang suara pemilih – sehingga tak kehilangan kekuasaan yang pernah diraihnya.
Namun kelaziman ini terpatahkan dengan hadirnya ‘pendatang baru’ dalam pertarungan perebutan kekuasaan di pemilukada Bantul. Betapa tidak, si ‘kuda hitam’ paslon Suharsono – Abdul Halim Muslih, yang pada awal perjalanannya mengalami liku-liku jalan terjal sejak penjaringan melalui kendaraan politik, pendaftaran hingga penetapan untuk maju sebagai kandidat – akhirnya menuai sukses, bahkan banyak pihak terdecak kagum melihat strategi maupun taktik sekaligus praktik politik yang diterapkan.