Di samping banyak memberikan suasana suka, lingkungan hijau, dan telah pula memberikan pengalaman yang tak akan pernah terlupakan karena berdampak terhadap kondisi sekitar.
Seperti halnya sebatang pohon pisang kepok yang tumbuh subur ternyata sempat menimbulkan masalah tersendiri. Tidak lebih jika hal demikian dapat dibilang sebagai kendala sehingga tidak pantas dibiarkan, perlu segera disikapi melalui penanganan yang memadai.
Persoalannya, sebatang pohon pisang yang tumbuh subur dekat pagar tembok belakang tumbuh, berbunga, dan condong ke arah luar melampaui batas tembok berketinggian 4,5 meter -- sehingga buahnya pun menjulur masuk wilayah tetangga belakang rumah.
Melihat fenomena ini, saya pun sempat kaget mengingat beberapa waktu kurang kontrol. Saya pun spontan dan langsung ambil tangga untuk naik serta menarik bagian atas pohon agar jangan memasuki wilayah orang lain/tetangga.
Namun apa boleh dikata, upaya tersebut ternyata gagal, pohon terlanjur tumbuh subur, kokoh seolah tak mau lagi diarahkan dan akhirnya saya menyerah, hingga bunga pisang berkembang menjadi bakal buah.
Mengetahui kendala yang telah saya lakukan tersebut, sontak semua anggota keluarga ikut merespons. Bahkan rerata mereka mengatakan bahwa kita (saya) dinyatakan bersalah, disebutkan mereka bahwa kita telah melanggar batas wilayah/pekarangan milik orang lain.
Bagaimanapun, saya tanggap dan menghargai pendapat mereka, bahkan sempat tergugah untuk segera menebang pohon pisang yang tumbuh "nakal" tersebut supaya tidak mengganggu wilayah tetangga sebelah.
Pikir punya pikir, semalaman pas menjelang bulan puasa saat itu (Maret 2023) dalam suasana hati dan perasaan tenang berfokus menghadapi kendala ini, sampai akhirnya saya pun mencoba mencari langkah lain yang mungkin bisa menjadi opsi, mencari "jalan damai" yang tak saling merugikan.
Dalam bayangan pikiran pun selalu berkecamuk, dalam benak saya pun berandai-andai, berimajinasi. "Jika ditebang, sayang sekali karena sudah terlanjur tumbuh subur dan mulai berbuah. Namun jika tetangga belakang rumah itu misalnya ngotot harus ditebang, ya apa boleh buat harus saya lakukan."
Namun saya merasa yakin, bahwa persoalan sosial/kehidupan bertetangga seperti ini tidaklah harus diselesaikan melalui cara normatif, walaupun secara hukum dapat dibilang saya salah, tetapi kan tidak mengganggu banyak orang?
Nah, sebelum masalah membesar menjadi gunjingan orang kampung, tak segan persoalan kecil yang masih mengganjal ini saya coba terapi sekaligus sebagai pilihan solusi dengan maksud/tujuan tidak ada pihak yang merasa rugi atau dirugikan.