Barangkali tak hanya itu, upaya beradaptasi di saat ini dan masa  mendatang, mengacu pada akselerasi ilmu pengetahuan dan teknologi (ip-tek) dengan produknya yang terus berinovasi seolah tanpa henti, semakin pula menuntut setiap manusia untuk menyesuaikan, menyelaraskan diri terhadap implikasi yang ditimbulkannya.
Sejak percepatan teknologi seiring era industri 4.0 ditandai digitalisasi di hampir semua lini kehidupan telah pula semakin menuntut manusia dengan segala aktivitasnya ikutan berubah relatif cepat untuk menyesuaikannya.
Barang tentu era disrupsi yang ditandai berlangsungnya inovasi dan perubahan secara fundamental akan turut membangun suatu tatanan, sistem ataupun landscape yang ada saat ini menuju cara-cara yang lebih baru.
Seperti tren moda transportasi, sistem pembayaran online serta fitur-fitur lain terkait aktivitas ekonomi, bisnis dan industri semuanya akan berbasis digital. Demikian halnya akselerasi teknologi pun akan ikut memengaruhi segala bidang yang bersentuhan dengan ketersediaan sarana terkini sehingga mendorong setiap aktivitas meninggalkan pola-pola konvensional.
Itu semua perlu disikapi melalui cara beradaptasi dengan mengubah perilaku dalam artian  menyesuaikan dengan tatanan baru, mekanisme baru, pendekatan baru atau lebih lengkapnya memerlukan strategi baru -- supaya tetap bertahan dan berkelanjutan.
Secara umum, memasuki era teknologi yang semakin canggih ini, di antaranya adalah perlunya ketangguhan atau kehandalan sumberdaya manusia (SDM) sebagai penggeraknya, termasuk aspek pendukung terkait lainnya.
Nah, omong-omong tentang kualitas SDM ini cukup menggugah kita. Sumberdaya manusia macam apakah yang mestinya dibutuhkan agar tetap eksis melangsungkan aktivitasnya di tengah tatanan dunia baru yang penuh persaingan?
Sudah banyak dibahas beberapa kalangan mengenai pentingnya kualitas sumberdaya manusia, kajian manajemen SDM dengan segala perspektifnya juga sudah tak terhingga jumlahnya.
Namun di antara berbagai bacaan, salah satu yang patut dijadikan referensi yaitu buku berjudul: The Global Achievement Gap, 2008. Dalam buku ini, Tony Wagner menyebutkan ada 7 (tujuh) keterampilan yang perlu dimikili supaya mampu bertahan memasuki tatanan dunia baru, antara lain:
- Critical thinking and problem solving (Berpikiran kritis dan mampu memecahkan setiap masalah)
- Collaboration across network and leading by influence (Berkolaborasi lintas jaringan dan memimpin dengan pengaruh)
- Agility and adaptability (Kecakapan dan kemampuan beradaptasi)
- Initiative and entrepreneurialism (Inisiatif dan jiwa wirausaha)
- Effective oral and written communication (Menguasai/kemampuan berkomunikasi secara lisan dan tertulis)
- Accessing and analyzing information (Mampu mengakses dan menganalisis informasi)
- Curiosity and imagination (Keingintahuan dan punya imajinasi).
Nah lo..., apakah kita sudah memiliki kemampuan seperti disebut di atas sehingga segala aktivitas di masa depan tetep eksis, bertahan hidup dan berkelanjutan alias tidak digilas zaman?
Demikian sekadar berbagi sekilas artikel induktif untuk mengisi waktu menyongsong akhir pekan.Â
Salam hangat untuk semuanya.
JM (18-3-2022).