Dengan demikian tidak tergesa menanggapinya melalui euforia, tidak juga perlu dibebani keraguan, was-was atau kekhawatiran berlebihan, termasuk tidak saling adu argumentasi yang cenderung kontraproduktif.
Persoalan pandemi yang sesungguhnya merupakan persoalan bersama, bahkan hingga di lingkup global tidaklah cukup hanya sekadar dicarikan solusinya secara parsial, dan mengingat persoalannya cukup kompleks maka kolaborasi antarpihak terutama yang memiliki kompentensi sangat diharapkan.
Sejak melanda negeri ini, pemerintah dan segenap jajaran terkait serta berbagai pemangku kepentingan sudah banyak berbuat, info-info bagaimana cara menghadapi sudah mulai banyak dipahami masyarakat, bahkan pengalaman selama dua tahun lalu telah mengajari kita untuk bisa bertahan dalam suasana kenormalan baru supaya kehidupan dan segala aktivitas terus berkelanjutan.
Dalam tulisan ringkas ini, supaya lebih lengkap dan secara sederhananya untuk menuju kehidupan bersama yang lebih baik - kiranya kita tak perlu larut dalam perbincangan pro-kontra berkait pelonggaran perjalanan domestik belaka.
Menurut cermatan atau penilaian saya terhadap perkembangan opini yang mengemuka adalah baik-baik saja semuanya. Pendapat yang mendukung, yang mendukung disertai catatan, maupun yang kurang mendukung semuanya layak diapresiasi. Mengapa?
Ya, karena semua pendapat itu ternyata muaranya cenderung sama, yaitu sama-sama bermaksud dan bertujuan untuk mengendalikan pandemi Covid-19.
Hal yang cukup penting dalam konteks ini sebenarnya terletak pada satu pertanyaan yang perlu dipahami bersama. Siapakah pelaku perjalanan itu? Apakah semua orang berhak untuk melakukan perjalanan domestik tanpa tes antigen atau PCR?
Dalam ketentuan lebih lanjut juga telah disebutkan bahwa pelaku perjalanan yang tidak wajib menunjukkan hasil negatif melalui tes antigen atau PCR namun tetap menjaga protokol kesehatan, di antaranya:
- sudah divaksin minimal dua dosis,
- berusia di bawah 6 tahun, didampingi,
- perjalanan dalam aglomerasi perkotaan,
- pelaku perjalanan moda transportasi 3 T (tertinggal, terdepan, dan terluar).
Barang tentu untuk melengkapinya supaya lebih komprehensif dalam mengantisipasi pandemi Covid-19, perlu pula dipahamkan di sini bahwa pendekatan secara individual juga penting dilakukan.
Pendekatan ini bisa dibilang cukup krusial, lebih bersifat pribadi dan penekanannya lebih pada self control sebagai bagian dari etika sosial bagi masing-masing pelaku perjalanan.
Misalnya saja saya sebagai orang yang berstatus suspek, probable, atau punya kontak erat dengan pasien yang telah dinyatakan positif Covid-19, walaupun saya sudah divaksin lengkap maka tanpa aturan formalpun sudah sepantasnya atau sepatutnya saya menjalani rapid test antigen maupun PCR.