Seperti halnya dalam kaitan setiap manusia pastinya punya angan, kemauan, hasrat, idaman serta keinginan atau sering disebut cita-cita untuk meraih harapan di kemudian hari. Cita-cita setinggi bintang di langit sering ditanamkan di lingkukangan sekolah formal maupun di lingkungan keluarga.
Penulis sendiri masih ingat ketika menginjak sekolah taman kanak-kanak dan awal sekolah dasar dulu sering diajarkan untuk bercita-cita tersebut. Bahkan diperkuat oleh dorongan mental berupa lantunan lagu-lagu agar selalu bersemangat untuk meraihnya.Â
"Bintang Kecil" merupakan pilihan lagu favorit sebagai pendorong cita untuk mencapai harapan masa depan.
Sepintas gambaran tersebut, mengindikasikan bahwa betapa perlunya sebuah "mimpi" dalam menapaki hidup dan kehidupan, sehingga cita-cita setinggi langitpun merupakan pilihan yang ditanamkan (hampir serentak) sejak di usia dini.
Namun dalam perjalanannya tidaklah semua cita-cita yang sudah tertanam semenjak kecil, dengan harapan setinggi langit  itu terealisasi ketika kita sudah menginjak usia dewasa atau usia kerja. Banyak hal perlu dicermati mengapa hal demikian terjadi.
Dalam perkembangan waktu dan zaman, dalam berbagai diskusi antarteman ternyata ada beberapa kolega yang mempunyai konsep atau pendapat lain.Â
Mereka ini lebih cenderung tidak bergantung pada ambisi yang sangat muluk, mereka cukup memandang apa yang hendak dilakukan/dicitakan sangatlah sederhana. Segala hal yang nampak secara nyata lebih menjadikan pilihan dalam menjalani hidupnya.
Dalam perkataan lain, apa yang dilakukan/dikerjakan dan dihadapi lebih mengutamakan manfaat, daya guna sehingga secara langsung memberikan nilai tambah dan berkontribusi nyata bagi dirinya maupun orang lain.
Itu pula sebabnya, mereka ini memiliki konsep bahwa angan, kemauan, hasrat, idaman serta keinginan atau cita-cita untuk meraihnya tidak mematok terlalu jauh, tidak setinggi bintang di langit, tetapi cukup realistis, di-ibaratkan setinggi pohon nyiur atau pohon kelapa.
Artinya, segala sesuatunya yang akan/sedang dikerjakan cukup berdasarkan amatan terhadap fakta-fakta yang dihadapi secara konkret, mudah diraih dan lebih berfokus pada fungsi pelayanan serta kegunaan, tidak pula direpotkan dengan prosedur ataupun metode yang rumit alias njlimet, yang banyak menguras energi.