Masih teringat kali pertama menginjakkan kaki di bumi Papua, Agustus 2013 silam, kesan alam dan lingkungan hidupnya terlihat masih ijo royo-royo.Â
Danau Sentani disinari mentari pagi menambah eksotisnya kawasan, menggugah semangat penumpang termasuk saya ketika hendak mendarat di bandara setempat.
Lepas dari Bandara Sentani, di atas kendaraan jemputan hawanya terasa segar, sejuk menusuk dan alami sambil menyusuri jalan utama (Jayapura- Sentani- Depapre) yang diapit pemandangan lereng-lereng pegunungan (Cycloop) dan permukiman penduduk, pertokoan, perkantoran dan beberapa gedung sekolah di seberang jalan.
Sungguh kawan, berkunjung ke Wilayah Idonesia (bagian) Timur termasuk Papua cukup menyenangkan. Di samping bergiat/berkolaborasi dengan kolega juga sambil belajar memahami budaya lokal serta alamnya yang masih belum sehiruk-pikuk seperti di Pulau Jawa yang cenderung padat di hampir semua kota dan segala lini kehidupan.
Sumber daya alamnya yang melimpah dan masing-masing kabupaten/kota berwilayah luas, terbagi dalam beberapa suku menjadikan kita betah menyermati segala persoalan yang pastinya akan banyak memberikan sesuatu yang baru (something new) untuk diangkat dalam berbagai perspektif kajian.
Akomodasi di wilayah kota Kabupaten Jayapura ini dapat dikatakan lumayan sehingga cukup strategis untuk singgah sementara -- apalagi punya giat di kota lain, dari Bandara Sentani kita bisa memilih tujuan ke manapun di kawasan Papua.
Beberapa kali berkunjung, berblusukan dan menginap di Sentani, memang ada sedikit perbedaan dari waktu ke waktu. Pada kali kedua kunjungan (2016) saya ikut merasakan bangga karena wilayah ini cenderung dapat dibilang mulai menggeliat seiring perkembangan daerah dan sejalan dengan regulasi dalam pemerintahan otonomnya.
Paling tampak kasat mata menurut catatan, giat perekonomian semakin tumbuh dibanding waktu sebelumnya. Ditandai dengan perbaikan/pengembangan berbagai infrastruktur, mulai jalanan yang lebih memadai, bertumbuhnya transportasi seperti jumlah angkutan kota (angkot, kalau di Papua disebut taksi) -- sehingga mobilitas sosial nampak lebih dinamis.
Oh ya, tidak hanya itu. Beberapa toko modern dan gerai-gerai franchice juga terus bercokol, tak terkecuali ekonomi sektor informal ikutan tumbuh sehingga Sentani dan sekitarnya semakin meriah sekaligus memikat.Â
Pelabuhan-pelabuhan yang dulunya sepi di tepian danau, belakangan cenderung bertambah frekuensinya mengingat kegiatan masyarakat di pulau-pulau pedalaman yang tersebar di Danau Sentani semakin meningkat untuk memenuhi kebutuhannya.
Menikmati kawasan Sentani belum lengkap kalau cuma di pagi dan siang hari, yang nampak kebanyakan anak sekolah, pekerja kantoran, dan meriahnya pasar-pasar pagi setempat. Akan lebih lengkap kalau kita di sore hingga petang menyusuri jalanan utama (Sentani -- Jayapura).