Membaca dan menulis merupakan rangkaian aktivitas yang tidak layak dipisahkan. Membaca bisa dan boleh saja dilakukan di hampir semua tempat, di daerah perkotaan tak masalah, yang penting suasananya nyaman, cahaya cukup terang, apalagi tempatnya bersifat umum dan sudah dirancang sedemikian rupa seperti ruang perpustakaan dilengkapi berbagai fasilitas penunjang --membuat kita merasa betah berlama-lama berteman bahan bacaan.
Dibangunnya gedung-gedung perpustakaan di seluruh wilayah di negeri ini seiring disahkannya perundangan yang berlaku yaitu UU No.43 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU No.43 Tahun 2007, telah menjadikan kita (pengunjung) terutama yang berada di wilayah perkotaan semakin mudah mengakses fasilitas perpustakaan yang disediakan pemerintah di setiap daerah.
Memasuki gedung perpustakaan di masa kini kita selalu mendapat layanan para pustakawan ramah, katalog lengkap baik dalam bentuk film, slide, atau lainnya, tersedia ruang pertemuan/diskusi atau seminar dengan layanan resepsionis, foto kopi, printer, scanner, ada pula wifi internet, telepon, yang semuanya tertata rapi, bersih, furniture memadai hingga tersedia mushalla dan keamanan terjamin.
Sudah barang tentu kehadiran (gedung) perpustakaan berikut fungsi dan perannya di era kekinian semakin menambah kemudahan, kelengkapan, kenyamanan khalayak luas terutama untuk mendukung proses belajar, peningkatkan minat membaca, menulis dan mengakses berbagai sumber informasi sambil berekreasi dalam suatu lingkungan/tempat yang telah dirancang sedemikian rupa. Pendek kata, kita semakin "dimanjakan" oleh kehadiran perpustakaan dibanding beberapa puluh tahun sebelumnya.
Namun demikian berkutat di ruang perpustakaan mulu dari waktu ke waktu, termasuk di ruangan kerja tertutup ada kalanya cenderung mengalami kejenuhan. Pengalaman demikian pernah penulis alami, entah karena faktor subyektif individual atau karena faktor lain, terlebih dalam merampungkan naskah tulisan-tulisan serius berupa buku, analisis data riset maupun naskah untuk keperluan jurnal-jurnal ilmiah, gejala stagnasi berpikir dan menulis acapkali muncul sehingga konsentrasi menjadi mengendur, terlebih semuanya dilakukan di dalam tempat rutin atau ruangan yang sama.
Manakala gejala demikian dibiarkan, seringkali menambah ketegangan mental berlarut-larut dan tentu akan berakibat waktu terbuang sehingga karya tulis yang disusun tak kunjung usai alias tidak bisa diselesaikan sesuai apa yang diharapkan.Â
Ini merupakan suatu pengalaman pribadi yang pastinya setiap orang tidak selalu sama dalam mengarungi suka duka di dunia penulisan.
Nah, untuk mencegah supaya produktivitas karya tulis tidak menurun sekaligus mengatasi persoalan gejala kejenuhan -- kadangkala atau sesekali kita (penulis, beserta tim) mengambil langkah kreatif dan praktis yaitu memilih tempat yang sunyi dan alami seperti di lereng pegunungan yang sejuk, jauh dari asap maupun hiruk pikuk lalulintas kendaraan.
Suasana demikian sangatlah menguntungkan dan merupakan salah satu alternatif untuk melawan kejenuhan berpikir (membaca dan menulis). Nuansa perdesaan, alam pegunungan dengan view-nya yang menarik dan berhawa sejuk, disertai angin sepoi-sepoi (AC alami), jauh dari kebisingan ternyata  mampu membangkitkan kita untuk tetap berhasrat menulis. Dan yang jelas dapat dikatakan dalam konteks ini bahwa memilih variasi tempat yang memadai untuk melakukan giat menulis supaya tidak terjebak kejenuhan merupakan langkah alternatif agar kita selalu bergairah. Semangat menulis!
JM (31-5-2018).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H