Hingga saat ini, satu-satunya tempat yang memproduksi kerajinan gerabah atau keramik di Jayapura yaitu hanya ditemui di Kampung Abar, Sentani. Gerabah made in Kampaung Abar memang tak sama dengan produk-produk gerabah di tempat lain, seperti bila dibandingkan gerabah Kasongan (Bantul, Jogja), atau pengrajin gerabah lain di Jawa yang sudah menggunakan bantuan teknologi/mesin dan produknya berkualitas ekspor. Â
Sebagian besar gerabah dari Kampung Abar ini cenderung difungsikan untuk memenuhi keperluan sosial sehari-hari seperti memasak makanan (keladi, ubi jalar, ikan dll), membuat papeda, memasak sayur, atau masakan lain. Di samping pula gerabah atau sempe bisa digunakan sebagai wadah khusus makanan maupun hidangan yang disuguhkan kepada tokoh adat (Ondofolo) atau kepala suku di kawasan Sentani.
Nah bilamana dilihat dari aspek budaya, gerabah dari Kampung Abar ini sesungguhnya merupakan salah satu aset yang tak kalah pentingnya untuk ditelaah lebih jauh. Â Konon kerajinan gerabah pertama kali datang ke Papua pada masa neolitik, diperkenalkan oleh penutur Austronesia yang datang ke wilayah Papua.
Gerabah sebagai salah satu benda hasil kebudayaan manusia merupakan unsur yang paling penting dalam usaha untuk menggambarkan aspek-aspek kehidupan manusia. Dari asal-usul gerabah di Papua ini saja selanjutnya akan bisa menguak dari mana, kapan, nilai fungsi/guna, dan makna yang terkandung sebagai nilai-nilai kearifan lokal/setempat.
Sebagai benda hasil kebudayaan manusia, gerabah yang selama ini masih diproduksi di Kampung Abar Sentani, Kab.Jayapura barang tentu tidak layak dibiarkan begitu saja perkembangannya yang selama ini nampak kurang bergairah. Sangat disayangkan bilamana gerabah ini sampai punah.
Agaknya masih sangat diperlukan sentuhan-sentuhan dari pihak berkompeten (pemerintah daerah maupun stakeholders) untuk menumbuhkan produk-produk ekonomi kreatif seperti industri kerajinan gerabah di Kampung Abar. Â Potensi ini bisa pula dipromosikan melalui event-event besar seperti Festival Danau Sentani (FDS) yang diusung rutin setiap tahun.
Ini penting, di samping akan memberikan kontribusi  nyata dalam melestarikan budaya yang bernilai lokal, juga jika dikembangkan melalui  bantuan teknologi yang memadai -- maka bukan tidak mungkin produk gerabah  dari Kampung Abar tersebut kelak di kemudian hari akan menjadi semakin dikenal, memberikan nilai ekonomi bagi para pengrajin dan masyarakatnya.
JM (13-5-2018).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H