Mohon tunggu...
Jiza Nurfaizah
Jiza Nurfaizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca adalah hobi saya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyikapi Sikap Tantrum pada Anak bagi Sebagian Orangtua di Indonesia

6 Januari 2024   16:30 Diperbarui: 6 Januari 2024   16:34 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sikap tantrum sendiri ialah kondisi saat seorang anak sedang menunjukkan ledakan amarah dan frustrasi yang tidak terkendali.  

Yang di mana anak akan menunjukkan sikap yang tidak biasa dari biasanya seperti tiba-tiba menjadi keras kepala, menangis, berteriak, menjerit, bahkan tak jarang ada juga yang memberikan serangan fisik seperti tendangan atau pukulan.  

Tantrum pada anak sering kali membuat orang tua atau orang dewasa di sekitarnya bingung, karena sikap tantrum akan muncul ketika suasana hati anak sedang tidak baik. Tak jarang sebagian orang tua stres dengan sikap tantrum anaknya yang sulit dikendalikan. Lalu bagaimanakah seharusnya orang tua menyikapi perilaku tantrum pada anak?  

Bagi sebagian orang tua di Indonesia menyikapi sikap tantrum anaknya adalah hal yang sangat sulit. Ketika tantrum anak akan meminta sesuatu yang mereka sendiri pun sulit untuk mengungkapkannya. Maka luapan emosi yang tidak terkontrol menjadi cara mereka untuk memberitahu rasa ketidaknyamanan pada diri mereka, dan hal ini yang banyak dari orang tua di Indonesia  tak jarang bahkan ikut tersulut emosinya.  

Emosi orang tua di Indonesia sering ikut muncul ketika anak tantrum bisa disebabkan karena banyak faktor, salah satunya bisa jadi anak tantrum saat orang tua sedang lelah dan penat setelah aktivitas seharian. Tak jarang faktor ekonomi juga menjadi penyebabnya.  

Sebagai orang tua seharusnya hal pertama yang dilakukan ketika anak mengalami tantrum ialah, biarkan anak mengekspresikan apa yang ingin dilakukan selama itu tidak membahayakan diri mereka sendiri dan orang-orang sekitar. Tetap bersikap tenang dan tidak panik, selama anak masih berada di tempat yang aman orang tua hanya perlu mengawasinya sekaligus memberikan ruang untuk anak.  

Jauhi anak tantrum dari benda-benda berbahaya yang bisa saja tiba-tiba mengenai mereka. Selanjutnya, jika anak sudah merasa lebih tenang sebuah pelukan bisa membuat mereka kembali merasa dipedulikan. Empati yang diberikan orang tua akan menumbuhkan kembali energi positif di sekitar anak. Tidak lupa meminta maaf pada anak, hal ini yang kerap kali dilupakan orang tua. Meminta maaf bukanlah hal yang buruk. Ketika tantrum anak merasakan kekecewaan yang besar pada orang tua. Kecewa karena yang mereka inginkan tidak dapat dimengerti, oleh karenanya meminta maaf pada anak itu diperlukan.  

Menyikapi tantrum pada anak sebenarnya adalah ujian sebagai orang tua, mampukah orang tua bersikap sabar dalam menyikapinya. Menyikapi tantrum dengan baik dan benar juga mengajarkan kita cara mengelola emosi. Emosi yang dapat dikendalikan akan membawa energi positif untuk sekitar. Ayo parents belajar kelola emosi melalui anak! 

Oleh : Jiza Nurfaizah 

Universitas Muhammadiyah Jakarta 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun