Mohon tunggu...
Supriyanti
Supriyanti Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Lulusan S1 Matematika (Murni). Suka puisi. Penyuka tetumbuhan dan pengagum bunga. Senang ngobrol dengan Liz

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

An, Tanah Selalu Tabah Perihal Melepaskan

29 September 2022   13:31 Diperbarui: 29 September 2022   13:35 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

-kepada An yang terus kucintai 

An, bagaimana kabarmu? Sudah makan? Sudah bisa minum susu dan makan nanas?

An, masih ingatkah? Di suatu waktu, entah berapa tahun lalu, aku tak mau menghitungnya lagi, An. Sewaktu kita belajar geografi---tentang jenis batuan: batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf---dan pelajaran menanam di mata pelajaran pertanian.

Di lain waktu kita juga pergi mengaji mendengar bu guru menerangkan jika manusia itu dicipta dari tanah.

Baca juga: Nongkrong

Kemudian di masa-masa aku menjalani tapa, maksudku mencintaimu dalam diam sekian belas tahun, tiba-tiba tanpa disangka aku merupa filsuf. Pura-pura bijak dan mengerti seluruh dunia serta hati seseorang. Tapi sebenarnya aku tak pernah tahu. Hati sendiri sekali pun.

Perihal tanah. Mengenai aku dan kamu. Sungguh aku tidak pernah tahu yang sebenarnya.

Aku pernah menanam pohon mawar, An. Pertama-tama ia tumbuh, mungkin karena tidak berjodoh akhirnya mati. Tanah terus tabah menerima dan melepaskan bunga itu, sebab di lain waktu di sana kutanam pohon cabai dan tumbuh subur hingga sekarang.

An, dalam keyakinan kita, manusia adalah tanah, tapi kenapa aku tak bisa melepasmu? Dan kenapa aku masih saja cemburu ketika kamu dengan kekasihmu? Kenapa, An?

Baca juga: Yang Tak Utuh

Semarang, 04 Agustus 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun