Mohon tunggu...
Jiwang Muhtadin
Jiwang Muhtadin Mohon Tunggu... -

aku hanya debu trotoar di simpang jalan. anginlah yang terus memaksaku mengembara tanpa persinggahan. semuanya serba sementara. agar tak kehilangan ingatan, maka aku mencatat setiap peristiwa tiga lampu itu. di sini, sebagai permulaan bagi kita, bersapa, berbagi rasa dan arah, dan berdamai dengan marka.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Baris Mimpi Sisa Pagi

21 September 2011   05:13 Diperbarui: 20 November 2015   08:52 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

baris mimpi sisa pagi

1/
tinggallah riak
sisa dari suaramu yang parau
dan lampau

yang buram kuterjemah
sebagai harokah binar fajar
pemecah
embun dimataku

2/
selaksa doa
yang menyelinap
ke bilik jantungmu
namaku senyap
melayat
denyut denyutnya

ada, tiada
kau dan aku
serupa butir debu
yang berdzikir
di pulau bisu

3/
tinggallah tanak gelap
ampas dari matamu yang redup
melingkup
batasbatas sujud

berserak remah kata
yang basah
dari mimpi paling sepi

ada, tiada
kau dan aku
tinggallah nama
tak berwajah
merangkum sunyi
di baris ini

[JM : Jakarta, 13 September 2011]
http://jiwangmuhtadin.blogspot.com/2011/09/baris-mimpi-sisa-pagi.html

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun