Mohon tunggu...
jingga merona
jingga merona Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Meronalah, jingga... kau kan temukan jiwamu...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Orangtuaku, Orangtua Luar Biasa

8 Mei 2012   14:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:32 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sontak aku kaget ketika mama mengatakan kepadaku bahwa bapakku ingin menjual kebun sawitnya yang sudah menghasilkan empat juta per bulan, hanya karena ingin meluluskan anaknya untuk menjadi PNS. Jiwaku berang. Lantas aku berkomentar, "Ma, mending kebun yang mau dijual itu untukku saja"

Sekedar informasi saja, di kampung halaman orangtuaku, sogokan untuk lulus PNS adalah 200 juta. Bukan main pasarannya. Anggaplah gaji PNS saya nanti 2 juta/bulan. Berarti saya akan menggaji diri saya selama 100 bulan. Kalau ditukar ke tahun, kurang lebih 17 tahun. Bandingkan bila kebun ayah saya menjadi mata pencarian saya. Tentu saja lebih besar. Terlepas dari biaya pemupukan dan lain-lain, saya lebih memilih untuk hidup tenang daripada harus selalu dibayang-bayangi penyesalan karena telah menzholimi hak orang lain yang seharusnya dialah yang lebih layak lulus PNS ketimbang saya.

Sehina apapun caranya untuk membahagiakan anaknya, bapakku tetap bapak yang luar biasa bagiku. Bapak yang merelakan harta yang sudah dikelolanya secara luar biasa untuk dijual demi kebahagiaan masa depan anaknya. Tugasku sebagai anak hanya meluruskan dan memberi pengertian secara santun bahwa cara yang ditempuhnya itu salah. Allahlah yang mengatur rezeki setiap manusia. Bukan aku anti PNS, tapi aku ingin PNS ku nanti bukan dengan jalan curang dan hina.

Sabar, bapakku sayang... biarkan aku dengan caraku sendiri yang akan membahagiakan hidupmu nanti. Tidak lama lagi, pak... bersabarlah... Aku mencintaimu karena ALLAH, karena pengorbananmu yang luar biasa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun