Mumpung sedang libur Natal dan Tahun Baru, bacaan singkat sekali duduk ini dirasa cocok menemani hari libur para pembaca sekalian. Sastra Jepang, seperti biasa, selalu menarik untuk dibaca. Tokyo Schoolgirl atau Schoolgirl-saya unduh dari Y Library- menceritakan seorang wanita pada usia sekolahnya, yang merasa hampa akan hidupnya. Segala hal hanya menimbulkan pesimistik, sekalipun itu kebahagiaan yang ia lalui.
  ''Kebahagiaan selalu datang satu hari lebih lama dari yang diharapkan.''
Seperti itu iya pesimis terhadap kebahagiaan yang ia dapatkan. Menurutnya kehidupan kebanyakan berisi penderitaan. Seperti anak muda pada umumnya, atau seseorang yang beranjak dewasa seperti saya. Selalu mempertanyakan kehidupan. Terkadang benar, kehidupan ini barangkali hanya bertahan dan kita harus mencari jalan sendiri. Tanpa bantuan orang lain.
Tokoh, yang telah kehilangan ayahnya, sebagai semangat hidupnya, merasa tidak berguna lagi. Bahkan ibunya, yang berada disampingnya, tidak bisa menghiburnya lagi. Tidak ada apa-apa lagi yang tersisa. Ia tidak ingin menjadi dewasa, maka ia berhenti menjadi dewasa.
Kisah ini, mengingatkan saya pada film Yuni, yang baru saja saya tonton di bioskop beberapa waktu lalu. Menceritakan seorang anak SMA yang memillih mengakhiri hidupnya karena beban yang ia hadapi dirasa tidak mampu ia jalani. Seperti pernyataan tokoh dalam novela ini.
      ''Orang dewasa hanya menyayangkan keputusan kita untuk mengakhiri hidup tanpa benar-benar tahu bagaimana rasanya dalam sudut pandang kita.''
Jika kalian membaca ini, bisakah kalian berikan pandangan mengenai tokoh utama pada saya. Saya lebih mengilhami tokoh sebagai laki-laki daripada perempuan, entah. Saya tersadar hanya ketika dideskripsikan dalam narasi tokoh mengenai hal-hal berbau wanita baru saya kembali ke realitas bahwa tokoh adalah seorang wanita. Barangkali ada yang memiliki pemikiran sama dengan saya, hehe. Kebanyakan mungkin karena saya sudah mencari tahu perihal penulis sehingga penilaian saya menjadi bias.
Pergulatan hati tokoh dalam novela ini bisa menjadi barang perenungan untuk kalian yang mungkin pada posisi yang serupa-jika tidakpun tak ada masalah. Saya rasa, bacaan ini cocok untuk anak SMA dan mahasiswa pada semester awal yang masih mencari jati diri. Berkaca pada tokoh, mungkin kalian akan menemukan cara-cara hidup yang lebih menarik daripada menjadi seperti tokoh. Tentu saya akan dimarahi tokoh apabila ia membaca tulisan saya, karena saya tidak mengilhami sudut pandang yang ia miliki. Surat bunuh diri yang dibungkus dalam tulisan yang indah ini mungkin akan menarik untuk dibaca mengisi waktu liburan kalian, terserah kalian tenggelam di dalamnya, menghujat tokoh, simpatik, atau menunjukkan reaksi-reaksi yang tidak bisa saya tebak lainnya. Selamat membaca Tokyo Schoolgirl, selamat hari libur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H