Mohon tunggu...
Jingga
Jingga Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

M

Selanjutnya

Tutup

Film

Review Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas Karya Edwin

7 Desember 2021   13:31 Diperbarui: 8 Desember 2021   08:00 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Berkesempatan menonton film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas kemarin malam, hingga pada akhirnya menulis ulasan singkat ini.

Saya sebenarnya sudah membaca terlebih dahulu novel dengan judul yang sama, ya karena memang ini diadaptasi dari novelnya Eka Kurniawan Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Tetapi, karena telah bertahun-tahun lamanya, saya lupa apa yang saya baca itu, haha. Dari situ saya belajar untuk membuat sinopsis setelah membaca atau menonton sesuatu, meskipun banyak malasnya.

Seingat saya, alur yang ada mirip tetapi terdapat banyak pengurangan adegan-adegan tertentu. Sungguh. Sudut pandang saya ketika membaca 180 derajat berbeda dengan sutradara film ini. Ini berdampak pada penggambaran alur cerita dalam film tersebut.

Singkatnya, diceritakan seorang tokoh bernama Ajo Kawir yang mengalami trauma masa kecil karena mengalami pelecehan seksual oleh oknum pegawai negeri di daerahnya. Trauma ini pada akhirnya membawa pengaruh besar dalam hidup Ajo Kawir, biasa dipanggil Ajo. Ia impoten, tidak bisa menggunakan kemaluannya.

Ajo, bertemu dengan Iteung dan menikah. Ya sekali lagi, meskipun tidak bisa berhubungan seks secara maksimal. Banyak permasalahan terjadi dalam hubungan mereka, hingga kemarahan Ajo memuncak lalu membunuh orang. Ia dipenjara, menjadi sopir, hingga pada akhirnya sadar, ia merindukan istrinya, Iteung. Ia kembali ke rumah. Seribu sayang, Iteung yang telah membalaskan dendam suaminya dengan membunuh PNS yang melakukan pelecehan kepada suaminya harus dipenjara tepat ketika Ajo pulang ke rumah. Kapan mereka akan bersama? Kapan burung Ajo bangun? Ending yang apik ditampilkan dalam film.

Mungkin ini semacam kritik sosial, mungkin ini juga semacam komedi sarkasme mengenai negeri ini. Semua masalah tidak bisa diselesaikan dengan normal. Kekerasan, mistisme, dan masyarakat kecil, adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan.

Terakhir, selamat menonton film ini, saya sarankan menonton dengan teman atau pasangan saja haha. Jika ingin menguji adrenalin tontonlah dengan pacar, semoga tidak ada efek samping yang tidak-tidak setelahnya, praktik misal hehe.

"Saya rasa Ajo telah sembuh setelah bertemu Jelita. Seingat saya di novelnya."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun