Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Hiburan Yarnen, Bayar Setelah Panen di Indramayu

26 Agustus 2014   04:10 Diperbarui: 11 Januari 2022   18:00 1188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Musim panen di Indramayu seperti saat ini, musimnya tontonan Singa Depok, atau Kuda Depok. Entah kenapa namanya demikian, meski pada perkembangannya wujud mainan tari-tarian dan tunggang-tunggangan itu kini tidak hanya berbentuk sosok kuda atau singa, akan tetapi malah ada yang lebih mirip naga, atau monster terbang, monster bersayap...

Seperti juga Kuda Renggong di Tanah Sunda – negeri yang bertetangga Indramayu -- maka Kuda Depok atau Singa Depok ini ditarikan oleh serombongan orang dibagi empat-berempat, memikul tunggangan kuda atau singa, atau malah naga.

Iringannya lagu dangdut yang dibawakan sekelompok orang yang bermain “live” di sebuah gerobak sound system.

Ada pemain musik lengkap, dari pemain organ, drum, kendang, gitar, bass dan bahkan saksofon – digeret oleh serombongan orang pejoget.

Jika Kuda Renggong di Pasundan, kudanya yang diminta berjoget, maka Kuda Depok atau Singa Depok di Indramayu, penarinya adalah si pemikul kuda-kudaan, atau singa-singaan.

Si penari sebagian besar tak memegangi pikulan di pundaknya, meskipun beban berat ada di atas pundak mereka.

Selain kuda atau singa tunggangan di atas tandu, ada pula anak-anak kecil balita penunggang, yang dirias wajahnya dengan make up bak pengantin, atau seperti tokoh wayang.

Mereka yang dihias wayang (biasanya Gatotkaca), adalah orang yang tengah ‘dihajatin’. Entah sunatan, entah “rasulan” (ritual menuju ke dunia remaja) atau bahkan sekadar ulang tahun.

Karena biayanya tidak murah, maka tidak heran tontonan semacam Kuda Depok, Singa Depok atau Kuda Renggong ini hanya dilakukan pada musim-musim panen seperti yang terjadi di kawasan Pantura sekarang ini.


Penumpang bayar

Terbilang mahal untuk ukuran kampung di Pantura. Lantaran anak-anak yang ingin menunggang di atas Kuda Depok harus membayar Rp 400 ribu per tunggangan, selama setengah hari.

Kuda semberani taripnya Rp 400 ribu untuk dua orang... (Foto: Jimmy S Harianto)
Kuda semberani taripnya Rp 400 ribu untuk dua orang... (Foto: Jimmy S Harianto)
Hitungan “satu panggung” (satu kali pertunjukan dari pagi sampai tengah hari, atau tengah hari sampai sore menjelang magrib), tarif sewa Kuda Depok dengan jumlah standar empat tunggangan, plus rombongan musik, total sewanya minimum Rp 3 juta, belum termasuk konsumsi minuman untuk para kru – tergantung kemurahan hati si penyewa.

“Karena naik kuda Depok mahal, kami patungan dengan keponakan, sehingga bayaran lebih ringan karena ditanggung berdua,” tutur Atok, petani warga blok Benda di kecamatan Bongas.

Anaknya Atok yang merengek pengen nunggang Kuda Depok pun dibarengkan anaknya Aang, dan bayaran ditanggung berdua. Masing-masing Rp 150 ribu.

Bagi warga desa Bongas, dan umumnya warga Pantura, semahal apapun, sejauh terjangkau – apalagi setelah masa panen– mereka rela membayar.

Bahkan dalam kebiasaan sehari-haripun, jika belum masa panen, mereka sudah terbiasa membeli segala-gala dengan janji “yarnen” (bayar setelah panen).

Beli kasbon dulu, atau beli kredit, bayarnya setelah panen. Beli baju, yarnen. Bayar uang muka motor, yarnen. Bahkan untuk biaya nikah pun, bisa yarnen juga....

Hari Senin (25/8) kemaren misalnya, ada dua tontonan Kuda Depok di kampung Benda, desa Sidamulya di Kecamatan Bongas, Indramayu.

Panggung pagi, dari pagi sampai tengah hari, ada yang hajatan ulang tahun seorang anak.

Sedangkan panggung siang harinya, “rasulan” atau hajatan untuk ritual menjelang sunatan, seorang boss gabah (tengkulak beras) di kampung Benda yang kebetulan anaknya bekerja sebagai Tenaga Kerja di Korea.

Panggung boss gabah dari siang sampai jelang magrib lebih meriah dari yang panggung pagi. Lantaran Kuda Depok untuk boss gabah tidak terbatas hanya empat tunggangan.

Akan tetapi 15 tunggangan, dan tentu saja – dia juga tidak menggratiskan penunggang-penunggangnya. Ada yang bayar Rp 300 ribu per tunggangan, ada yang Rp 400 ribu. 

“Total sewa Kuda Depok untuk boss gabah ini, bisa mencapai Rp 7 juta karena ada 15 tunggangan,” tutur Iyus, pemanggul Kuda Depok “Dua Putra” dari Cipaat, Kecamatan Bongas siang itu.

Setiap pemikul tunggangan, tarifnya rata-rata sama Rp 27.000 per orang, per panggung. Demikian pula pemusiknya, penyanyinya...

Arena pentasnya? Keliling jalan desa, bolak-balik, hingar-bingar dengan dentuman musik dangdut. Panggung pagi, berakhir tengah hari.

Kalau panggung siang, berakhir menjelang magrib.

Lagu dangdut yang ngetop? “Morena” lagunya Julia Perez. Namun dimodifikasi menjadi “Merana”, lantaran konon kata penyanyinya, si Julia Perez sedang “merana” ditinggal pacar atau tunangannya, pemain sepak bola Gaston Castanyo...

Lagu lainnya yang ngetop? “Pokoke Joget” yang dipopulerkan oleh Soimah dkk dalam acara YKS di sebuah stasiun televisi swasta. Suara penyanyinya pun oke.

Sekelas pentas KDI atau Kontes Dangdut Indonesia di sebuah stasiun televisi swasta lainnya...

Di tengah kemiskinan yang masih banyak melanda masyarakat desa-desa Pantura Jawa Barat saat ini, hiburan “yarnen” seperti Kuda Depok, Singa Depok, Kuda Renggong tentunya adalah hiburan gratis bagi warga desa penontonnya.

Tanpa bayar pun, mereka sudah bisa menikmati musik dangdut yang hingar-bingar hilir-mudik di jalanan desa. Lengkap dengan penari-penari Kuda Depok, Singa Depok, yang berpakaian aneka warna.

Merah, biru, kuning, emas dan warna meriah lainnya. Yarnen, Mang... *

 

 

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun