Kalau Spanyol punya Lamine Yamal maka Inggris ada Jude Bellingham. Keduanya pemain termuda bagi tim nasional mereka di final Euro 2024 di Berlin, Minggu (Senin dinihari WIB) ini.
Keduanya sama-sama muda kaya. Lamine Yamal, si pencetak gol termuda di Euro 2024 saat masih usia 16 tahun di gawang Perancis di semifinal Rabu lalu, berdasarkan kontrak dengan FC Barcelona, gajinya sebesar 3.340.000 euro. Atau jika dirupiahkan sebesar Rp 58.673.780.000 atau Rp 58 milyar selama dua tahun. Artinya, gaji Yamal setiap minggu besarnya Rp 564 juta lebih!
Jude Bellingham? Di usianya yang masih 21 tahun, gelandang Real Madrid ini memiliki kekayaan bersih diperkirakan mencapai 39 juta pounds, atau Rp 798 milyar lebih (Rp 798.247.302.840). Menurut surat kabar Inggris, The Sun, penghasilannya selama setahun di klub juara La Liga 2023-2024 ini sekitar 11,4 juta pounds atau senilai Rp 233 milyar lebih! Atau setara dengan  220.000 pounds (Rp 4,5 milyar lebih) perminggu....
Baik Lamine Yamal maupun Jude Bellingham sama-sama mencatat rekor termuda pada masanya. Yamal adalah pencetak gol termuda dalam sejarah Euro, yaitu di usia 16 tahun 362 hari, Rabu lalu. Yamal memecahkan rekor pencetak gol termuda sebelumnya yang dipegang pemain Swiss, Johan Volathen yang sebelumnya tercatat sebagai termuda di Euro 2004. Waktu itu, Volathen usianya 18 tahun 141 hari.
Sedangkan Bellingham pertama kali bergabung dengan Birmingham City sebagai pemain bawah 8 tahun, sebagai pemain termuda sepanjang sejarah klub tersebut. Dan debutnya di senior klub Inggris tersebut pada saat Bellingham berusia 16 tahun. Bellingham bermain secara teratur di kompetisi Liga Inggris pada 2019-2020.
Bellingham lahir di Baden-Wurttemberg, ayah seorang Nigeria dan ibu Jerman. Ia meninggalkan negerinya dan merantau ke Inggris bersama kedua orang tuanya saat masih berusia tujuh tahun. Saat ini Bellingham dinilai sebagai salah satu opemain terbaik dunia yang memiliki kemampuan teknis top, pinter tackling, visi permainannnya bagus, serta finishing pun keren.
Sedangkan Lamine Yamal, yang sudah genap 17 tahun hari Sabtu (13.07.2024) kemaren, dikenal sebagai penyerang kaki kiri dengan kemampuan passing yang luar biasa. Ia serba bisa. Mampu menciptakan peluang, mampu bermain dalam posisi penyerang tengah, maupun gelandang serang, pemain sayap, terutama di sayap kanan. Golnya di gawang Perancis di semifinal lalu pun hasil tendangan kaki kirinya yang akurat, persis di pojok kanan atas kiper Adrien Rabiot.
Spanyol diunggulkan
Di pasar taruhan, Spanyol diunggulkan 40 persen menang lawan Inggris. Tetapi tentu bola itu bulat, kata orang. Apa pun bisa terjadi. Dan sangat sering hasil akhir tidak seperti perkiraan orang, seperti juga ketika Belanda yang dijagokan malah dikalahkan Inggris di semifinal.
Padahal kalau dilihat dari catatan di atas kertas, semestinya Inggris yang menang atas Spanyol. Dari 12 kali pertemuan mereka berdua, baik itu di Piala Dunia FIFA, kejuaraan Euro, babak kualifikasi dan Liga Nasional) Inggris menang 5 dan Spanyol 4, selebihnya seri.
Bagi Inggris, ini akan menjadi akhir dari sebuah penantian yang terasa seperti semacam kutukan: bagaimana negeri yang menjadi rumah bagi liga terkuat di dunia, setiap minggu stadion pertandingannya penuh, dan gagal mencapai kesuksesan juara?