Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Prabowo: Negara Dengan Pers Kuat Tidak Akan Kelaparan

5 Januari 2024   13:53 Diperbarui: 5 Januari 2024   14:36 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo Subianto Capres Nomor Urut Dua ketika berdialog dengan pers di Kantor PWI Pusat Jalan Kebon Sirih Jakarta Pusat, Kamis (4/1) (Foto: PWI Pusat)

Selama ini, setiap lima tahun sekali setiap Pilpres isyu soal Prabowo pelanggar HAM dan juga bagian dari Orde Baru selalu dihembuskan oleh pers. Sehingga, lima tahun lalu Prabowo sempat kesal pada pers.

"Muka saya muka kudeta, kali ya. Tetapi saya percaya demokrasi.  Saya terus ikut proses demokrasi sekian puluh tahun. Saya ikut konvensi di Golkar. Waktu di situ saya lihat berapa nilai nggak cocok, maka saya bikin partai baru. Setapak demi setapak, saya ikut Pemilu sudah keberapa kali. Tahun 2009 sebagai Cawapres ibu Mega, habis itu sebagai Capres, capres lagi. Dua kali kalah. Ini ketiga kalinya Capres lagi," kata Prabowo.

"Maaf ya. Jelek-jelek begini saya punya koran juga. Walaupun oplahnya nggak banyak, kadang-kadang saking nggak banyaknya oplah, kita bagi-bagi saja. Saya juga ada majalah. Ada televisi. Saya kali ini juga bagi buku-buku saya pada bapak-bapak. Mungkin karena buku saya kurang cepat laku, maka saya bagi-bagi sajalah....," katanya, disambut tawa para wartawan di Aula PWI Kebon Sirih.

Ada tiga judul buku Prabowo yang dibawa ke PWI Kebon Sirih siang itu. Yang satu judulnya "Kepemimpinan Militer" dan yang kedua "Paradoks Indonesia" dan ketiga "Strategi Transformasi Bangsa".

Buku "Kepemimpinan Militer", menurut Prabowo bisa dipahami soal latar belakang dirnya, nilai-nilai yang dia anut, falsafah yang dia anut, falsafah hidup, falsafah pengabdian dan ikon-ikon ataupun idola-idola dalam kehidupan Prabowo, siapa saja figur yang dia pegang jadi panutan dan sebagainya.

"Buku yang kedua, berisi pemikiran saya tentang kondisi bangsa Indonesia yang saya tuangkan dalam sebuah buku yang berjudul "Paradoks Indonesia". Yang terakhir adalah "Strategi Transformasi Bangsa" itu adalah kulmuniasi dari pemikiran saya, pemahaman saya tentang pengalaman mengkondisikan bangsa Indonesia yang intinya adalah jawaban terhadap dilema atau paradoks Indonesia," kata Prabowo.

Paradoks yang dimaksud dalam buku Prabowo itu adalah bahwa sistem ekonomi yang cocok untuk Indonesia itu menurut keyakinannya adalah bukan sistem Kapitalisme Neo Liberal, tetapi sistem ekonomi Pancasila yang merupakan penggabungan yang terbaik dari sistem Kapitalisme dan yang terbaik dari sistem Sosialisme. "Dan yang berakar kepada pengalaman Indonesia sebagai negara yang cukup lama dijajah dan yang bangkit ingin merdeka dan ingin hidup makmur..," tutur Prabowo.

"Di situ akan dilihat bahwa yang seharusnya kita anut adalah ekonomi Pancasila yang tidak lain adalah ekonomi berdasarkan UUD 1945 dan dimana sudah sangat jelas cetak biru pembangunan bangsa sudah ada dalam UUD 45. Mulai dari Pembukaannya dimana tujuan nasional ditegaskan, kemudian filosofi ekonominya sudah sangat jelas dalam pasal 33 dan 34 UUD 45. Bahwa ekonomi Indonesia harus berazaskan kekeluargaan. Itu sudah sangat jelas..,"

Dari Soekarno sampai Jokowi

"Dalam Strategi Transformasi Bangsa, pemahaman keyakinan saya dan tim saya yang tergabung dalam Indonesia Maju adalah bahwa pembangunan satu bangsa dimana tujuannya adalah untuk mencapai kemerdekaan sejati yaitu dimana suatu rakyat, suatu bangsa bisa hidup dengan layak,"

"Kemerdekaan sejati adalah dimana tidak boleh ada kemiskinan. Tidak boleh ada kelaparan, tidak boleh ada kurang gizi di antara rakyat kita. Dan pembangunan suatu bangsa itu bukan suatu usaha semacam minum tablet. Suatu pembangunan bangsa (nation building) adalah proses puluhan tahun, bahkan mungkin ratusan tahun. Yang jelas, kita sudah 78 tahun menuju 100 tahun merdeka,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun