Menang medali emas sepak bola SEA Games serasa juara umum pesta olahraga Asia Tenggara. Adagium ini sudah lama dianut oleh publik olahraga di Indonesia. Dan itu pula yang meracuni wartawan-wartawan olahraga tahun 1980-an, 1990-an ketika saya waktu itu melanglang liputan dari SEA Games ke Asian Games dan Olimpiade termasuk pula Piala Dunia Sepak Bola.
Dan ketika Muhammad Ramadhan Sananta dan kawan-kawan meraih skor telak 5-2 (2-0) (2-2) atas Thailand di Olympic Stadium Phnom Penh, Kamboja Selasa (16/5/2023) malam, suasana menjadi meledak.Â
Tidak hanya di stadion yang juga dipenuhi suporter Thailand. Tetapi juga di lapak-lapak nobar, di depan kerumunan penonton televisi-televisi di Tanah Air.
Bahkan televisi pun menyiarkan, bagaimana Presiden RI Joko Widodo yang berkaus panjang warna hijau pun ikut larut saat nobar keluarga di depan televisi di Medan, bareng menantu Wali Kota Medan Bobby Nasution.Â
Berkali-kali Jokowi mengangkat tangannya, setiap kali tim Garuda Muda, kelompok umur 22 tahun mencetak gol di gawang Soponvit Rakyart dari Thailand. Kecuali tentunya Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming yang memang "nyaris tanpa ekspresi". Bergeming tanpa hiasan senyum, setelah kemenangan Indonesia. Itu rame digunjing berbagai medsos yang ngehit di kalangan anak-anak muda. Malah bukan Gibran, kalau tampil meluap-luap, kata medsos.
Sananta Top Scorer
"Sangat hepi banget, he, he, he.... Karena Indonesia Thailand 5-2. Sudah saya sampaikan kemaren, mental pemenang, mental juara. Kelihatan sekali ada. Main tanpa beban mental. Sudah kita tunggu 32 tahun kita juara," kata Jokowi.
"Tiga puluh dua tahun kita nunggu. Sebuah proses yang panjang. Slamet, slamet, slamet, slamet, slamet, slamet...," sampai enam kali mengucapkan kata slamet, kepada tim nasional kita (ada kalangan yang tak menyebut tim kelompok umur sebagai timnas, meskipun tim sepak bola bawah usia 22 tahun ini mewakili Indonesia secara nasional di pesta olahraga Asia Tenggara ini).
Dan luapan kegirangan para penggemar sepak bola juga meruap di berbagai nobar di seantero Tanah Air. Menjadi juara sepak bola sudah lama menjadi obsesi di mana-mana di Indonesia, setiap kali ada pertandingan beregu yang melibatkan Indonesia.Â
Tak hanya di sepak bola SEA Games. Tetapi juga di Piala AFF, supremasi beregu sepak bola Asia yang belum lama ini dijalani Indonesia, namun kandas di semifinal disingkirkan Vietnam di semifinal 2022.Â
Ini merupakan kegagalan yang kedua di Piala AFF, tim asuhan pelatih Korea Shin Tae-young, setelah pada edisi kejuaraan yang sama tahun sebelumnya 2020 setelah lolos ke final untuk kesekian kalinya sejak 1996, yakni pada 2000, 2002, 2004, 2016 dan 2022.
Maka kemenangan tim usia 22 tahun di bawah pelatih Indonesia, Indra Sjafrie ini menjadi pengobat duka yang panjang para fanatikus penggemar sepak bola Indonesia.
"Juara Sepak Bola SEA Games lebih keren daripada juara umum SEA Games..," kata mereka. Dan memang, Indonesia di Kamboja kali ini berada di urutan ketiga kejuaraan umum SEA Games, setelah Vietnam yang 136 emas, 105 perak, 144 perunggu. Thailand di peringkat kedua SEAG 2023 dengan 108 emas, 96 perak, 108 perunggu. Sementara Indonesia di peringkat ketiga dengan 87, 80, 109. Selisih 49 medali emas dengan Vietnam, serta kalah 21 emas dengan Thailand.
Lebih membanggakan, striker PSM Makassar kelahiran Batam Muhammad Ramadhan Sananta si pencetak dua gol di gawang Thailand saat final kemaren, tercatat sebagai pencetak gol terbanyak dengan total 5 gol, bersama pemain sayap Borneo FC M Fajar Fathur Rahman serta penyerang asal Vietnam, Nguyen Van Tung.
Mengapa Sepak Bola?
Ketika para fanatikus sepak bola Indonesia cuek nggak juara umum SEA Games 2023 kali ini, tetapi euforia luar biasa menjuarai sepak bola pesta olahraga Asia Tenggara ini, kontan ada berbagai reaksi kontra.Â
Salah satunya, kurang lebih berbunyi: Ngapain sih, euforia juara sepak bola? Padahal masih ada emas lain di SEA Games. Dan emas sepak bola pun kroyokan, lagi...
Iya, bener. Memang medali emas cabang sepak bola itu hanya satu. Itu pun dibagi rame-rame, tidak hanya dikalungkan di 11 pemain di lapangan, bahkan di final SEA Games di Olympic Stadium Phnom Penh Kamboja kali ini, di menit-menit terakhir hanya 10 pemain Indonesia, dan bahkan 9 pemain Thailand lantaran pada kena kartu merah, dan hujan pula lebih dari 10 kartu kuning.
Mengapa hanya sepak bola yang bikin publik olahraga terkuras emosi? Ya karena sepak bola memang merupakan cabang olahraga paling populer di dunia, tidak hanya di Asia Tenggara.Â
Jadi juara sepak bola, serasa juara segala-gala. Lebih dari cabang lain yang dijuarai. World Atlas, bahkan melukiskan, penggemar sepak bola di seantero dunia saat ini jumlahnya mencapai empat (4) milyar orang. Bisa dibayangkan banyaknya, nilai emosionalnya, komersialnya, ketertontonannya...
Luapan Tumpukan Perasaan
Luapan kegembiraan juga pernah terasakan ketika para wartawan peliput SEA Games 1991 mampu tampil juara untuk kedua kalinya di pesta olahraga Asia Tenggara, di Stadion Rizal Memorial, Filipina (4 Desember 1991) saat itu.Â
Publik olahraga bahkan sampai cuek dengan raihan prestasi Indonesia juara umum SEA Games 1991 waktu itu dengan total 355 medali, 136 emas, 105 perak dan 144 perunggu.Â
Indonesia juara setelah mengalahkan Thailand, meskipun selama 120 menit -- waktu normal 90 menit plus dua kali 15 menit perpanjangan waktu posisi 0-0. Indonesia juara lewat adu penalti 4-3.
Luapan perasaan yang sama juga terjadi, ketika Indonesia untuk pertama kalinya juara sepak bola SEA Games 1987 di kandang sendiri, ketika Jakarta menjadi tuan rumah pesta olahraga Asia Tenggara ini.Â
Sejak ikut serta SEA Games 1977, ya baru kali itu Indonesia juara. Tiga kali dengan juara sepak bola SEA Games 2023 di Olympic Stadium, Phnom Penh Kamboja kali ini...
Memang, tidak ada luapan yang seemosi publik sepak bola di pesta olahraga apapun di muka bumi ini. Ekstrem ya? Ya memang demikian. Wartawan sepak bola Kompas, Sumohadi Marsis almarhum selalu bergumam di meja kerja Desk Olahraga kantornya.
"Kalau boleh mencantumkan, di kolom agama saya di kartu penduduk akan kutulis besar-besar, sepak bola agamaku...," kata Sumohadi Marsis.... *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H