Ndalem Poenakawan di Jalan Ahmad Dahlan Yogyakarta yang dulu pernah menjadi tempat tinggal pertama Wali Kota Yogyakarta, kini punya kesibukan baru menjadi resto dan galeri keris. Rumah gedong berhalaman cukup luas dengan arsitektur kolonial ini tertata asri. Ruangan-ruangan di dalam nDalem, dibuat apik. Selain meja-meja makan panjang, juga ada tempat makan berupa meja bulat kursi penjalin model kolonial. Halaman belakang di bawah kerindangan pohon, ditata seperti tempat pesta kebon dengan meja-meja kayu, papan kayu dan ada panggung kecil untuk musik.
"Selain untuk wisata kuliner, galeri dan resto ini bisa dijadikan tempat edukasi mengenal keris," kata Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi, putri Sultan Yogyakarta Hamengku Buwana X, saat peresmian Resto dan Galeri di Ndalem Poenakawan, Notoprajan, Ngampilan Kamis (15/9) petang. Meski Gusti Mangkubumi, yang dulu bernama kecil Gusti Nurmalita Sari, petang itu dalam keadaan kurang enak badan agak flu, namun beliau menyempatkan datang untuk meresmikan galeri baru di Jalan Ahmad Dahlan 71. Sebuah usaha baru tempat makan, kerjasama dengan rekanan Gusti Mangkubumi, Irsyad Thamrin seorang advokat yang dikenal di Yogyakarta sebagai penggemar dan kolektor keris.
Selain menyediakan menu makanan khas Karaton Ngayogyakarta, resto dan galeri Poenakawan ini juga menyediakan menu-menu anak muda seperti pasta dan burger. Berbagai jenis makanan lokal seperti pisang goreng, yang disajikan secara lebih menarik untuk penggemar kuliner masa kini. Harga pun boleh dibilang murah untuk ukuran wisatawan lokal.
Ruangan pojok depan kanan resto, khusus dibuat Galeri Keris. Juga ruangan di pojok kiri bangunan cagar budaya milik Kraton Ngayogyakarta ini. Di dalam almari etalase, dipajang berbagai keris kuno maupun baru. Umumnya bergaya Yogyakarta, dengan warangka (busana keris) dominan kayu timoho, kayu yang paling favorit dipilih untuk warangka keris gaya Yogyakarta. Keris-keris dan perabot keris itu dipajang secara menetap di Resto dan Galeri, yang teduh dan cocok untuk ngobrol berlama-lama ini. Meja kursi antik, digelar di depan etalase keris agar para pengunjung bisa selfi wefi, dengan latar belakang keris-keris indah koleksi Irsyad Thamrin.
Dalam obrolan santai di halaman samping resto malam itu, Gusti Mangkubumi juga menceritakan, sebenarnya wisata tosan aji di sekitar Karaton Yogyakarta ini juga bisa direvitalisasi dilengkapi dengan besalen-besalen, tempat pembuatan keris secara tradisional, andai saja Alun-alun Utara di depan Karaton Yogyakarta itu bisa ditertibkan.
Namun, kata Gusti Mangkubumi, tempat ini masih banyak ditempati usaha-usaha rumah makan, serta usaha lain yang dikelola oleh pihak dari luar kraton. Â Upaya penertiban tidak akan mudah. Seperti juga penertiban di sepanjang jalan Malioboro, sehingga saat ini lebih menarik wisatawan untuk bercengkerama karena trotoar dibuat lebih lebar, tertata asri, dengan kursi-kursi tempat duduk untuk para pejalan kaki yang ingin bersanti menikmati keindahan suasana di trotoar.
"Dua tahun untuk menertibkannya," ungkap Gusti Mangkubumi, tentang upaya revitalisasi Malioboro, yang dulu sangat padat dipenuhi pedagang-pedagang kaki lima. Penertiban itu perlu makan waktu lama, di antaranya dengan penyediaan dua tempat penampungan yang cukup besar untuk para pedagang suvenir kaki lima. Dan tempat penampungan ini pun menjadi tempat wisata tersendiri bagi para pejalan kaki Malioboro.
Irsyad Thamrin
Sementara pengacara Irsyad Thamrin, orang yang mula-mula memiliki gagasan untuk mengembangkan galeri di lahan cagar budaya ini, di masa datang akan mengisi Galeri Poenakawan dengan di antaranya mengundang teman-teman Serikat Nasional Pelestari Tosan Aji (Senapati) atau para pelestari tosan aji lainnya untuk berpameran secara berkala di lokasi ini.
Kalau Gusti Mangkubumi dikenal giat menata berbagai tempat di Yogyakarta sehingga layak dijadikan tempat tujuan wisata, seperti kawasan di sepanjang pertokoan Malioboro -- salah satu ikon jalan-jalan di Yogyakarta -- maka pengacara Irsyad Thamrin ini oleh kalangan pencinta tosan aji di Yogyakarta, juga dikenal karena koleksinya.
"Galeri ini hanya menyajikan sebagian saja dari berbagai ragam keris," kata Irsyad Thamrin, yang mengatakan akan mengembangkan koleksi di Galeri Poenakawan dengan berbagai keris Nusantara yang lain, tak hanya keris-keris Yogyakarta.