Penonton sepak bola Indonesia memang tidak mau melihat timnya kalah. Maka ketika Asnawi Mangkualam dan kawan-kawan membantai Singapura 4-2 di Leg 2 Semifinal pas Hari Natal dan membawa mereka ke final Piala AFF 2020? Disanjung-sanjung luar biasa. Dan pelatih Korea Selatan Shin Tae-Yong pun diangkat setinggi langit sebagai ‘super coach’ bak dewa. Tetapi giliran kalah di Leg 1 Final kalah 0-4 lawan Thailand? Dimaki-maki.
“Saya sampai tak tega melihatnya....,” ujar seorang teman dalam komennya di laman facebook. Teman lain menulis, “Tadinya saya perkirakan kalah 0-3, eh meleset 1 jadi 0-4,” katanya. Komentar memang enak. Tetapi ya nggak boleh marah, penonton sepak bola Indonesia memang seperti itu. Menang timnya dipuji, kalah dicaci. Jangan kaget, itu sudah biasa.
Apakah tim kita buruk? Tidak juga. Lihat saja permainannya di lapangan, ketika lawan Malaysia, ketika lawan Singapura. Mereka bisa tampil menawan, dan percaya diri meski sebenarnya usia mereka kebanyakan masih seputaran 23 tahun.
Pemain-pemain yang sudah keren permainannya seperti Asnawi sang kapten, Pratama Arhan, Egy Maulana Vikri, Rachmat Irianto, Ramai Rumakiek, dan juga pemain naturalisasi Elkan Bagott? Mereka semua masih berusia di bawah 23 tahun. Masa depan mereka masih cerah, permainan pun menjanjikan.
Indonesia di Piala AFF pun tak perlu hati ciut. Masih ada Leg 2. Meskipun jalan untuk menang lawan Thailand, sungguh curam.
Pelatihnya? Shin Tae-Yong kiranya memang masih cocok melatih di Indonesia. Malah dinilai lebih baik dari pelatih Luis Milla yang nyaris mampu menempatkan tim U-23 Indonesia ke deretan delapan besar Asian Games 2018 Jakarta – kalau saja tidak kalah adu penalti lawan Uni Emirat Arab 3-4 (2-2) di babak 16 besar di Stadion Wibawa Mukti, Karawang pada akhir Agustus 2018 itu.
Apalagi pelatih Skotlandia, Simon McMenemy, yang dipecat Indonesia karena tak mampu meraih satu kemenangan pun di babak kualifikasi Piala Dunia 2022 Qatar.
Shin Tae-Yong, yang seperti juga Luis Milla – dia pelatih ‘semilyar’ karena gajinya satu juta dollar per tahun, berarti sebulan Rp 1,2 milyar – berani mengandalkan pemain-pemain usia di bawah 23 tahun menghadapi tim yang umumnya sudah matang bertanding, seperti Thailand. Bahkan sempat dicemooh publik, bakal kalah lagi lawan Malaysia dan Singapura. Dan ternyata menang. Dan main keren.
Gila Bola
Dari permainan di Leg 1 Final AFF Rabu (29/12) saat tim Garuda kalah 0-4 kemarin pun nampak, betapa permainan Thailand yang rata-rata lebih senior, memang lebih matang. Terlihat mereka tidak hanya bagus bermain karena latihan, namun sepertinya memang matang tempaan karena pertandingan, berkat kompetisi liga sepak bola yang mantap di negeri Gajah Putih.