Sebuah semangat sportivitas yang sama sekali tidak mengandalkan ketidakjujuran. Atau ulah korupsi. Ulah mengelabui. Tipu-tipu, manipulasi. Semangat olahraga, semangat sportif adalah menghargai capaian prestasi tanpa perlu memakai cara yang di luar kewajaran. Akan tetapi cukup dengan tindakan sportif -- bahwa siapa yang lebih cepat, lebih tinggi, lebih kuat dialah yang menang. (Baron Pierre de Coubertin, 1906: Citius, Altius, Fortius).
"Olahraga mencerminkan karakteristik sifat manusia, berupa kemampuan untuk bekerja sama," ungkap Fabrice Louis (The Essence of Sports: An Anthropological and Metaphysical Approach, 2019). Ini juga kata kunci yang lahir dari bertahun-tahun menggulati kegiatan sportif yang menghasilkan kemampuan bekerja sama.
Secara konseptual dan definisi esensialis tentang olahraga, Fabrice Louis berargumen bahwa ada dua konsep olahraga yang harus diperhatikan. Konsepsi sosio historis dan konsepsi realistis dan esensialis.Â
Dalam konsepsi sosio-historis, olahraga dipahami sebagai seperangkat praktik fisik yang muncul, berkembang, menghilang, dan menemukan fungsi serta makna dalam konteks sosial tertentu.
Sedangkan konsepsi realistis dan esensialis, menurut Fabrice Louis, adalah berlatih olahraga terdiri dari keterlibatan yang intens, secara fisik dan emosional dalam kompetisi -- yang dihasilkan dari tindakan bersama yang paradoks -- membuahkan hasil yang unik.
Hasil unik, emas bulu tangkis ganda putri di Olimpiade Tokyo yang membuahkan keharuan nasional, pekikan kemenangan inipun buah dari hasil kerja keras kebersamaan bertahun-tahun Greysia Polii dan Apriyani Rahayu. Dan prestasi tinggi Greysia/Apriyani di Tokyo Senin petang itu mengudak rasa nasionalisme kita yang pudar akhir-akhir ini.
Satu pelajaran lagi diangkat melalui sepak terjang gemilang Greysia/Apriyani ini. Bahwa untuk dihargai seluruh bangsa, disanjung rakyat, dan membangkitkan rasa kebanggaan akan capaian prestasi itu tidak perlu melalui jalan pintas. Tetapi melalui kerja keras bertahun-tahun, latihan bertahun-tahun setiap hari. Demi mencapai kemenangan.
Greysia dan Apriyani mengajarkan pada kita akan semangat sportivitas. Bahwa kemenangan gemilang itu bisa dicapai dengan jalan jujur. Kerja keras. Dan bukan pakai jalan pintas upaya tipu-tipu. Atau tindakan manipulasi seakan-akan, seolah-olah, mendadak dangdut.
Kalau toh Greysia dan Apriyani mendadak populer di seantero negeri sepulang dari Tokyo, dan membuat haru bergenang air mata karena capaian prestasinya? Itu tentu bukan karena upaya pintas, pasang baliho-baliho segede gaban tentang diri kita. Capaian kita. Biar cepat populer. Padahal semua baliho itu demi syahwat politik berkuasa, misalnya. Greysia dan Apriyani nggak pakai cara sedemikian.
(JIMMY S HARIANTO, wartawan Kompas 1975-2012)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H