Hari ini, 10 Nopember, hari Pahlawan bagi kita bangsa Indonesia tepat sehari sebelum peluncuran album pertama Fatin Shidqia Lubis, artis penyanyi pendatang baru yang sangat fenomenal terlahir dari ajang pencarian bakat yang bertajuk X Factor yang sosoknya selalu wara-wiri di jagad hiburan di tanah air beberapa bulan belakangan ini dan bahkan sempat ke Eropa selama 10 hari beberapa waktu yang lalu. Dan seperti makna hari Pahlawan Fatinpun sepertinya sudah dan akan menjadi "pahlawan" dalam bentuknya yang lain.
Di lingkungan keluarga dan kerabat dekatnya sosok Fatin sekarang ini jelas merupakan pahlawan keluarganya, betapa tidak, dari hasil juara di ajang X Factor dan dari hasil penampilan panggungnya di ranah hiburan kita yang jadwalnya demikian padat tentulah berimbas pada pundi-pundinya yang menggebung dan makin padat dan yang paling menggerus rasa empati kita adalah penghasilannya yang akan digunakan sesuai janjinya yang salah satunya akan menghajikan kedua orang tuaya, bukan main. Lalu di lingkungan teman-temannya, guru-guru dan sekolahnya tempat Fatin menimba ilmu formalnya tentulah punya nilai tersendiri, untuk saat ini siapa yang tidak tahu SMAN 97 di Jakarta Selatan sana. Juga untuk artis-artis yang berhijab Fatin menjadi panutan dan inspirasi untuk berjilbab ria dalam berkarir. Karena Fatin yang sedari awalnya memang sudah berhijab dan menganggap berjilbab bukan suatu halangan untuk berkarir di dunia hiburan, semoga saja Fatin tetap istiqomah tentang hijab dan jilbab ini.
Ada lagi sekekelumit kisah 6 keluarga sekandung yang hidup berpencar di jakarta yang masing-masing bekerja keras sehingga sukses secara material, tapi karena keasyikan mengejar kemapanan hidup sehingga alpa tentang hubungan kekeluargaan yang harmoni dan hakiki hingga di hari jumat malam pertengahan bulan April lalu mereka terpaksa berkumpul di rumah kakak yang tertua kebetulan perempuan yang agak judes untuk membicarakan kesehatan orang tuaereka yang tinggal di kaki gunung Merbabu, Ampel, Boyolali, Jateng. Perundingan berjalan alot karena masing-masing mempertahankan kesibukannya sehingga tidak sempat mengurus orang tuanya, tapi anak kedua atas prakarsa sendiri mau mewakili semua untuk berangkat ke Jawa Tengah, sayangnya dia belum punya mobil untuk dipakai ke sana. Pembicaraan terhenti karena kakak tertua mau nonton Fatin, lalu diikuti semua adik-adiknya nimbrung nonton Fatin juga. Suasana jadi berubah keakraban muncul secara spontan, karena rasa kesamaan keberpihakan kepada Fatin menjadikan kehangatan dan hormoni kekeluargaan hidup kembali tanpa mereka sadari ada nilai-nilai yang telah lama hilang kembali lagi malam itu. ke 6 kakak beradik itupun mengobrol hingga larut, akhirnya kakak tertua berseloroh," Jim, pake mobil saya aja ke sananya" kepada anak kedua, ya anak kedua itu penulis sendiri. Jadi tidak berlebihan kalau Fatin kami anggap pahlawan yang menyatukan keluarga yang nyaris berjauhan, subhanallah.
Fatin pasti akan menjadi pahlawan sesungguhnya dari dukungan Fatinistic, baik Fatinistic Jadul, Fatinistic liar, Fatinistic Diem-diem ataupun Fatinistic Tidur-tiduran dengan cara membeli Album Fatin yang asli baik album yang besok meluncur atau album-album berikutnya, sehingga Fatin tetap berkibar untuk mengharumkan Indonesia di mata dunia kedepannya. Semoga....
Selamat hari Pahlawan.
NB :Â Kata Pahlawan untuk Fatin jangan diartikan bahwa pahlawan itu harus sudah almarhum....ngeri ngebayanginnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H