Mohon tunggu...
JIMMY DIMAS WAHYU
JIMMY DIMAS WAHYU Mohon Tunggu... wiraswasta -

* Indonesia No.1 Wealth Motivator * Favourite Speaker by Speaker Indonesia * Board of Advisor Lima Dua Group

Selanjutnya

Tutup

Catatan

March Effect Made in Indonesia

20 Februari 2013   18:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:59 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1329674545323691528

[caption id="attachment_162224" align="alignleft" width="210" caption="Jimmy Dimas Wahyu (JDW)"][/caption] January Effect vs January Barometer

Pernahkah Anda mendengar mengenai January Effect? Bagi Anda yang sudah melakukan investasi di Pasar Modal khususnya produk investasi saham, tentu Anda familiar dengan kata-kata tersebut. Bagi Anda yang belum pernah mendengarnya, definisi January Effect menurut Investopedia (www.investopedia.com) adalah sebagai berikut:

A general increase in stock prices during the month of January. This rally is generally attributed to an increase in buying, which follows the drop in price that typically happens in December when investors, seeking to create tax losses to offset capital gains, prompt a sell-off.

Dalam pengertian sederhana January Effect menunjukkan adanya tren kenaikan harga saham selama bulan Januari setelah penurunan harga saham yang terjadi bulan sebelumnya di bulan Desember, itulah mengapa disebut sebagai January Effect.

Selain January Effect terdapat istilah lain yang terkait dengan January Effect tersebut yaitu January Barometer yang memiliki definisi menurut Investopedia (www.investopedia.com) adalah sebagai berikut:

A theory stating that the movement of the S&P 500 during the month of January sets the stock market's direction for the year (as measured by the S&P 500). The January Barometer states that if the S&P 500 was up at the end of January compared to the beginning of the month, proponents would expect the stock market to rise during the rest of the year.”

Pengertian January Barometer diatas memberikan barometer pada pergerakan Indeks S&P 500 yang merupakan indeks keuangan terbesar di Amerika bahkan di dunia dan selalu menjadi rujukan bagi investor di seluruh dunia dan seringkali digunakan sebagai indikator awal apakah prospek investasi Pasar Modal Amerika melalui sektor keuangannya mengalami kenaikan atau penurunan yang bisa berdampak pada sektor keuangan dunia. Selain itu, pengertian January Barometer diatas menunjukkan bila Indeks S&P 500 mengalami kenaikan pada saat penutupan harga di akhir bulan Januari dibandingkan dengan pembukaan harga di awal bulan Januari, maka diharapkan adanya kenaikan harga pada pasar saham hingga akhir tahun.

Seringnya mendengar istilah January Effect maupun January Barometer membuat saya iseng melakukan riset terhadap pengaruhnya terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia kurun waktu 1998 – 2012 dengan cara yang sama yaitu membandingkan harga pembukaan dan penutupan IHSG selama bulan Januari pada tahun tersebut dengan harga penutupan IHSG hingga akhir tahun tersebut.  Hasilnya dapat Anda lihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. January Effect vs January Barometer periode1998 - 2012

Click for Image

Berdasarkan riset yang telah saya lakukan, ternyata selama periode Januari tahun 1998 hingga 2012, January Effect maupun January Barometer tidak bisa digunakan sebagai barometer IHSG hingga akhir tahun dengan kata lain January Effect tidak bisa secara signifikan digunakan untuk memberikan gambaran IHSG sepanjang tahun tersebut.

March Effect

Pada saat saya melakukan riset tersebut, secara iseng pula saya melanjutkan hingga ke bulan-bulan selanjutnya at least hingga triwulan pertama (Januari – Maret) yang sebenarnya riset lanjutan tersebut didorong oleh rasa penasaran saja. Namun, justru karena rasa penasaran tersebut, saya memperoleh hasil mengejutkan yang saya tampilkan melalui gambar berikut ini.

Gambar 2. March Effect pada IHSG periode 1998 - 2012

Click for Image

Riset yang saya lakukan diatas menggunakan metode yang sama pada January Effect yaitu dengan membandingkan harga penutupan dengan pembukaan selama bulan Maret pada IHSG dan harga penutupan sepanjang tahun tersebut. Hasil riset yang saya katakan mengejutkan yaitu adalah adanya hasil yang signifikan selama bulan Maret pada periode 2005 – 2012. Yang saya maksudkan disini adalah March Effect ternyata bisa digunakan sebagai barometer pergerakan IHSG hingga akhir tahun merujuk pada riset diatas dengan periode 2005 – 2012. Mungkin Anda bertanya bagaimana dengan periode sebelumnya selama 1998 – 2004 yang menunjukkan failed? Menurut saya, hal itu disebabkan pertumbuhan Pasar Modal Indonesia tidak sedemikian pesat seperti periode selanjutnya, dan jumlah investor yang relatif sedikit pada saat periode tersebut. Oleh sebab itu, saya menyimpulkan berdasarkan hasil riset yang saya lakukan merujuk pada periode 2005 – 2012 bahwa bila IHSG selama bulan Maret mengalami kenaikan (akhir Maret dibandingkan dengan awal Maret), maka IHSG hingga akhir tahun mengalami kenaikan, demikian pula sebaliknya bila IHSG selama bulan Maret mengalami penurunan (akhir Maret dibandingkan dengan awal Maret), maka IHSG hingga akhir tahun mengalami penurunan.

Menurut analisa saya, March Effect menunjukkan hasil yang signifikan karena bulan Maret umumnya awal periode dari publikasi laporan keuangan emiten-emiten periode sebelumnya yang ada di Indonesia sehingga investor dapat melihat dan memiliki ekspektasi baik positif maupun negatif terhadap kinerja emiten-emiten tersebut dan berujung pada pembagian deviden yang selalu dinantikan oleh Investor. Bila hasilnya positif tentu investor melihat kinerja emiten-emiten tersebut di tahun yang baru akan memberikan hasil yang positif pula demikian pula sebaliknya khususnya setelah adanya krisis hutang di Eropa di tahun 2011, perlambatan ekonomi di China selama periode 2011 – 2012.

Bagaimana dengan tahun 2013 ini? Apakah akan terjadi hal yang serupa? Mari kita nantikan pada saat penutupan IHSG pada bulan Desember 2013 nanti.

Made in Indonesia

Selama riset ini, saya pun melakukan riset lainnya yaitu apakah ada penelitian serupa terhadap March Effect di Indonesia atau di belahan negara lain? Setelah melakukan searching terhadap search engine terbesar di dunia misalnya Google atau Yahoo, terdapat penelitian serupa yang dilakukan untuk Pasar Modal India. Namun dengan keterbatasan saya, tentu membutuhkan masukan dari Anda atau masyarakat yang mengetahuinya apakah memang belum ada penelitian serupa yang pernah dilakukan. Bila memang tidak ada maka besar harapan saya riset diatas menjadi Made in Indonesia yang dihasilkan oleh putra Bangsa Indonesia sendiri dan tidak kalah dengan negara maju lainnya. Dan menurut saya sudah sepantasnya sebagai Bangsa yang besar, kita memiliki kepercayaan diri untuk bersaing tidak hanya reginal melainkan juga worldwide. Hal ini pun dibuktikan adanya kenaikan IHSG yang membuat rekor baru menyentuh level 4,600 hingga tulisan ini dibuat pada hari Rabu, 20 Februari 2013.

March Effect bagi Investment Decision Making Tools

Bila kita telah mengetahui perihal March Effect tersebut, apa yang sebaiknya kita lakukan? Tentunya riset tersebut dapat berubah menjadi action dalam bentuk pengambilan keputusan investasi. Maksud saya disini yaitu, bila tahun 2013 ini mengacu pada March Effect memberikan hasil yang positif kembali seperti tahun-tahun sebelumnya, maka kita bisa melakukan ekspektasi yang positif terhadap IHSG hingga akhir tahun 2013 nanti dan demikian pula sebaliknya. Selanjutnya, kita perlu memilah saham-saham yang memiliki korelasi dengan IHSG. Bila March Effect 2013 nanti positif, kita bisa memilih saham-saham yang memiliki korelasi positif terhadap IHSG dan menyimpannya hingga akhir tahun (Saham LQ45 sangat direkomendasikan bagi investor pemula), demikian pula bila March Effect 2013 nanti negatif, maka kita bisa memilih saham-saham yang memiliki korelasi negatif terhadap IHSG sehingga pada saat IHSG turun atau mengalami koreksi, kita bisa mengoptimalkan return kita dengan berinvestasi pada saham-saham yang memiliki korelasi negatif yaitu saham-saham yang memiliki kecenderungan berlawanan arah dengan IHSG, ketika IHSG turun, saham-saham tersebut mengalami kenaikan demikian pula sebaliknya.

Additional Information

Hasil riset yang saya lakukan diatas tentunya secara statistik masih membutuhkan adanya data yang lebih banyak pada tahun-tahun berikutnya sehingga bisa dikatakan terbukti secara statistik. Dan hasil riset tersebut tentunya bukan merupakan suatu jaminan bahwa March Effect pastiberlaku setiap tahunnya yang seringkali disampaikan dalam bentuk kalimat Disclaimer On di dunia investasi.

Namun saya harap hasil riset tersebut dapat membantu memberikan tambahan gambaran kepada masyarakat pada umumnya dan investor pada khususnya di Indonesia mengenai Pasar Modal Indonesia yang dapat digunakan pula sebagai tools pengambilan keputusan investasi di Pasar Modal Indonesia. Nantikan artikel selanjutnya hanya di Majalah Investor. If you fail to plan, you plan to fail.

Jimmy Dimas Wahyu (JDW)

jimmy@jimmydimaswahyu.com

www.jimmydimaswahyu.com

Keywords: Capital Market, Pasar Modal, Wealth Planner, Wealth Motivation Advisors

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun