Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan ahli ekonomi muda Perancis Thomas Piketty mungkin kebetulan sama-sama masuk dalam 100 tokoh berpengaruh dunia menurut majalah Time edisi 16 April 2015. Namun itu juga kesempatan memadukan apa yang ada dalam pikiran mereka. Mantan Dubes AS di Jakarta Paul Wolvowitz yang menulis tentang Jokowi di majalah Time tersebut mengatakan bahwa baru pertama sekali warga miskin dapat berhasil menjadi pengusaha kaya dan kemudian menjadi wali kota, gubernur dan sekarang menjadi presiden Indonesia. Salah satu kehebatan Jokowi menurut Wolvowitz yang patut mendapat penghargaan dunia adalah keberanian Jokowi saat menjadi gubernur DKI membela dan mempertahankan kedudukan Lurah wanita Lenteng Agung Yasmin Zulkifli padahal masyarakat Jakarta dan Indonesia mayoritas Islam dan banyak warga yang menentang keras Lurah itu hanya karena non-muslim, wanita, dan dianggap terlalu berparas cantik. Presiden Jokowi menurut majalah Time termasuk 100 tokoh berpengaruh dunia tahun 2015 (Sumber: Adam Ferguson/TIME). Sedangkan Thomas Piketty yang lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga modern di Perancis dalam usia muda sudah lulus sarjana dan doktor di bidang ekonomi muncul dengan pemikiran baru atau menghidupkan kembali gagasan pakar pertama ekonomi dunia Adam Smith bahwa pengelolaan kesejahteraan manusia saat ini belum tepat karena si kaya terlalu menikmati kekayaannya sementara si miskin terlalu susah hidupnya. Pakar eknomi dari Universitas Columbia, New York, Grover Norquist, menuliskan bahwa Piketty patut mendapatkan penghargaan dunia karena secara kritis mengusulkan pengelolaan kesejahteraan manusia bukan dengan mengurangi kemiskinan yang terutama, tapi dengan mengurangi kekayaan agar si miskin dapat menikmati hidup yang lebih baik. Sementara itu Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memang tidak masuk 100 tokoh dunia berpengaruh majalah Time tahun 2015, tapi sikap pemikirannya yang tegas dan jujur bahkan sangat geram untuk membela rakyat miskin sejalan dengan pemikiran Thomas Piketty, dan tentu masyarakat Indonesia tahu betul bahwa dia "satu perahu" dengan Presiden Jokowi karena dulu adalah wakilnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H