Istilah "marboru Sunda" adalah ungkapan di masa lalu dalam masyarakat Batak jika orang Batak menikah dengan selain orang Batak. Karena pendidikan yang tidak terlalu tinggi biasanya orang di kampung hanya mengerti "boru Sunda" yang secara harfiah "perempuan Sunda" selain putri Batak.
Bagi orang Batak di masa lalu menikah dengan sesama orang Batak bukan saja dianggap perkawinan yang ideal, bahkan menikah dengan selain orang Batak dulu dianggap sesuatu yang kurang bahkan "aib." Dulu banyak orang Batak yang berkuliah atau bercita-cita untuk kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB). Para lulusan ITB itu kemudian banyak yang menikah dengan yang bukan orang Batak, maka muncullah istilah "marboru Sunda" itu.
Biasanya orang yang menikah dengan selain orang Batak itu tidak akan memberitahukan keluarga karena sudah pasti tidak akan disetujui. Ada anggapan di masyarakat Batak bahwa "orang Sunda" itu mau sama pria Batak karena memang pria Batak pantang untuk menceraikan isterinya, bukan karena cinta yang sesungguhnya. Oleh karena itu tidak jarang dulunya di masyarakat Batak akan muncul unakapan "Memang dia berhasil lulus ITB, tapi sayang sekali ya kini dia "marboru Sunda.""
Pencipta lagu Izmail Hutajulu pernah menciptakan lagu dengan judul "Marboru Sunda" yang pada intinya menggambarkan kesedihan orang tua karena anaknya yang berhasil di perantauan telah lupa kampung halaman karena menikah dengan gadis Sunda.
Namun setelah waktu berjalan ternyata banyak yang "marboru Sunda" itu hidupnya bahagia dan berhasil. Makin lama pula istilah itu semakin berkurang dan istilah negatif tentang orang Batak yang menikah dengan yang bukan orang Batak pun semakin berkurang.
Namun sesungguhnya ada yang perlu terus dipertahankan orang Batak dari prinsip terselip dari "marboru Sunda" itu yakni prinsip tidak boleh menceraikan isteri, dan tidak akan mempunyai isteri lebih dari satu orang, apa pun yang terjadi. Kalau pun benar persepsi di kalangan masyarakat Batak zaman dulu bahwa wanita Sunda tertarik kepada pria Batak karena kesetiaannya yang tidak akan menceraikan isterinya, sesungguhnya hal itu merupakan hal yang positif dan perlu dipertahankan orang Batak, dan juga orang lain.
Jangan sampai istilah "marboru Sunda" tidak lagi populer sekarang di kalangan masyarakat Batak karena pria Batak pun sudah tidak lagi menjaga kesetiaan untuk tidak menceraikan isterinya. Kalau itu yang terjadi mungkin nilai-nilai positif tradisional kita perlu juga kita gali lagi. Selamat Tahun Baru!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H