Mohon tunggu...
Jimmy Haryanto
Jimmy Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Pecinta Kompasiana. Berupaya menjadi pembelajar yang baik, karena sering sedih mengingat orang tua dulu dibohongi dan ditindas bangsa lain, bukan setahun, bukan sepuluh tahun...ah entah berapa lama...sungguh lama dan menyakitkan….namun sering merasa malu karena belum bisa berbuat yang berarti untuk bangsa dan negara. Walau negara sedang dilanda wabah korupsi, masih senang sebagai warga. Cita-cita: agar Indonesia bisa kuat dan bebas korupsi; seluruh rakyatnya sejahtera, cerdas, sehat, serta bebas dari kemiskinan dan kekerasan. Prinsip tentang kekayaan: bukan berapa banyak yang kita miliki, tapi berapa banyak yang sudah kita berikan kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Nyata: Ternyata Aku Bukan Anak Orang Tuaku!

19 Januari 2015   13:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:50 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apa jadinya kalau kita ternyata bukan anak kandung orang tua kita? Harian "The Buenos Aires" tanggal 18 Januari 2015 mengangkat kisah korban penculikan ketika negara itu dikuasai diktator militer (1976-1983) di mana banyak yang hilang dan saat ini baru ditemukan seseorang bernama Jorge Castro Rubel, dosen di sebuah universitas di Buenos Aires yang ternyata salah seorang bayi dari orang tua yang hilang.

Dia kemudian dibesarkan oleh pekerja sosial dan dokter yang mendukung rezim pemerintah saat itu. Menurut ceritera Jorge, kelahirannya pun tidak jelas. Informasi dari orang tua yang membesarkannya pun juga samar-samar. Menurut informasi yang ada, Jorge lahir tahun 1977 dari ayah dan ibu yang kebetulan ditangkap penguasa zaman itu. Namun karena ibunya mengandung, maka saat ibunya melahirkan, bayi Jorge dibiarkan hidup dan diberikan kepada dokter yang merawatnya.

Bagaimana Jorge Castro Rubel menemukan dirinya bahwa dia adalah anak korban penculikan yang hilang tahun 1977? Jorge bertutur kepada harian Buenos Aires Herald bahwa seseorang meneleponnya dan mengatakan bahwa dia bukan anak biologis dari orang tua yang membesarkannya, sebab dia adalah anak dari korban penculikan tahun 1977. Sebagai dosen dan peneliti, Jorge langsung mencari tahu termasuk keluarga dari ayah dan ibunya, dan menemukan bahwa ayah dan ibunya memang diculik oleh kaum militer saat itu.

Setelah perjalanan yang sangat panjang, rumit dan mahal, Jorge Castro Rubel tanggal 4 Desember menerima telepon dari Komnas HAM Argentina bahwa  dia adalah anak dari orang hilang di tahun 1977. Ayahnya bernama Hugo Castro dan ibunya bernama Ana Rubel, yang melahirkannya di tempat yang kemudian dikenal sebagai lokasi penyiksaan aktivis Argentina tahun 1970an, yakni Akademi Angkatan Laut (Navy Mechanics School (ESMA)) yang sekarang dijadikan sebagai museum di kota Buenos Aires.

Jorge Castro Rubel, dosen sosiologi dan peneliti di National Scientific and Technical Research Council (Conicet), Argentina sedang mempelajari apa yang dilakukan kedua orang tuanya sehingga harus dihilangkan oleh penguasa di tahun 1977. Minggu lalu Jorge menuturkan kepada wartawan bahwa dia dibesarkan seorang pekerja sosial dan dokter anak ketika dua orang pelaku penghilang orang membawa bayi Jorge ke rumah sakit anak (Children’s Hospital Pedro de Elizalde) di kota Buenos Aires, Argentina tahun 1977. Tentu pekerja sosial dan dokter itu bekerjasama dengan pemerintah saat itu, termasuk untuk tidak memberitahukan siapa anak itu.

Di dalam laporan Komnas Orang Hilang Argentina (CONADEP-Comision Nacional sobre la Desaparicion de Personas) bulan September 1984 berjudul "Nunca Mas" (Jangan Pernah Terjadi Lagi) nama kedua orang tua Jorge memang tidak tercantum, sehingga membuat dia atau publik tidak cepat mengetahui keadaan sebenarnya. Apalagi namanya juga menggunakan nama orangtuanya saat ini yakni Rubel, bukan Castro, yakni nama ayahnya yang sebenarnya.

Wah rumit juga. Tentu dia bisa menganggap orang tuanya sekarang (pekerja sosial dan dokter anak) yang membesarkannya tetap punya kesalahan karena tidak memberitahukan keadaannya yang sebenarnya, apalagi kalau keduanya merupakan pendukung pemerintah yang berkuasa saat itu. Tapi mereka juga berjasa membesarkannya hingga bisa menjadi dosen dan peneliti sekarang ini. Jorge terus terang mengakui sangat sulit dan rumit menghadapi kenyataan ini.

Seperti judul laporan Komnas HAM Argentina itu "Nunca Mas" (Jangan Pernah Terjadi Lagi) kejadian seperti itu tidak boleh terjadi lagi di muka bumi ini, karena dampaknya sangat menyedihkan. Indonesia juga harus belajar agar praktek seperti itu tidak pernah terjadi di masa mendatang. Terutama aparat keamanan harus bisa mencari cara yang baik dan manusiawi dalam menghadapi kritikan atau demonstrasi masyarakat agar tidak menjadi masalah di kemudian hari seperti di Argentina tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun