Mohon tunggu...
Jimmy Haryanto
Jimmy Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Pecinta Kompasiana. Berupaya menjadi pembelajar yang baik, karena sering sedih mengingat orang tua dulu dibohongi dan ditindas bangsa lain, bukan setahun, bukan sepuluh tahun...ah entah berapa lama...sungguh lama dan menyakitkan….namun sering merasa malu karena belum bisa berbuat yang berarti untuk bangsa dan negara. Walau negara sedang dilanda wabah korupsi, masih senang sebagai warga. Cita-cita: agar Indonesia bisa kuat dan bebas korupsi; seluruh rakyatnya sejahtera, cerdas, sehat, serta bebas dari kemiskinan dan kekerasan. Prinsip tentang kekayaan: bukan berapa banyak yang kita miliki, tapi berapa banyak yang sudah kita berikan kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Di Jepang, Anak Sekolah Tidak Boleh Diantar-jemput!

2 Agustus 2016   00:06 Diperbarui: 3 Agustus 2016   00:49 1815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - anak-anak Jepang. (banjarmasin.tribunnews.com)

Masih ingat negara maju dengan kekuatan ekonomi nomor tiga dunia setalah AS dan China? Walau negaranya maju dan banyak warganya yang berusia di atas 100 tahun, sekolah di sana sangat berbeda dengan di Indonesia. Pertama anak sekolah tidak boleh diantar-jemput ke sekolah.

Beberapa tahun lalu teman dari Indonesia dipanggil oleh kepala sekolah di Tokyo karena putrinya yang masih berusia lima tahun sering diantar pembantu hingga ke pintu gerbang sekolah. “Khan masih kecil, wajar kalau diantar,” demikian alasan orang tuanya. Kemudian kepala sekolah itu dengan sopan mengatakan agar mencari sekolah lain saja karena kalau masih dintar akan merusak pendidikan anak itu dan sekolah dimaksud. Akhirnya teman itu tidak jadi memindahkan, tapi sejak itu tidak boleh diantar lagi.

Contoh kedua ada dosen suami-istri yang sedang mengambil program doktor di Tokyo. Suatu saat mereka dipanggil kepala sekolah karena anak mereka yang masih bersekolah di SMP. Apa yang terjadi? Rupanya sekolah di sana mulai pukul 7.00 hingga pukul 21.00, tapi dibuat sangat menyenangkan. Tapi setiap pukul 19.00 anaknya diam-diam makan di kantin, yakni makanan yang dibawa dari rumah. Sama juga kepala sekolah mengatakan anaknya harus cari sekolah lain kalau masih makan di sekolah di malam hari.

Dengan lembut kepala sekolah itu membisikkan kepada orang tua murid itu, “Jepang adalah negara maju dan kaya. Ketika orang berbicara tentang kemiskinan dan kelaparan, anak-anak Jepang tidak mengerti. Untuk itu kami mengajar mereka sejak muda apa artinya lapar dan kemiskinan. Tujuan sekolah adalah untuk mengerti hidup ini dan bagaimana cara terbaik menghadapinya dengan berbagai alternative yang ada.”

Dosen yang kini sudah kembali ke Tanah Air dengan gelar doktor itu hanya berdecak kagum bahwa Jepang itu maju karena sistem pendidikannya juga baik dan maju.

Contoh lain saat kita menonton pertandingan sepak bola persahabatan antara Inter Milan dan timnas Jepang, setelah turun minum orang pergi keluar untuk membeli maknan dan minuman. Agar tempat duduknya tidak diambil orang, maka yang ditinggalkan adalah dompet dan telepon genggamnya. Mereka kembali dan tidak ada yang hilang. Saat saya tanya orang Jepangnya, mereka mengatakan, "Kami diajarkan sejak dini kalau bukan milik kita tidak boleh kita ambil karena tanpa kita sadari akan kehilangan tiga atau empat kali lebih besar. Makanya korupsi juga kecil walaupun ada kesempatan."

Teman yang sudah terbiasa dengan sistem antar-jemput itu mengatakan bahwa di Indonesia tidak aman kalau tidak diantar jemput. Orang Jepang yang mendengarnya menanggapi, "Ya buatlah supaya aman dan tertib."

Ah Jepang yang dulu menjajah Indonesia koq bisa lebih baik sekarang ya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun