Wartawan Jamal Khasogghi yang dinyatakan meninggal tanggal 2 Oktober 2018 (sumber: Kompas.com/Kompasiana.com)
Wartawan senior Arab Saudi, Jamal Khashoggi (kelahiran Madinah, 13 Oktober 1958) yang terakhir tinggal di Amerika Serikat dan sering menulis dengan kritis tentang keadaan di Arab Saudi, termasuk mengenai pemerintahan kerajaan, dikabarkan telah tewas saat mengurus dokumen sehubungan dengan rencananya menikahi wanita Turki di Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki tanggal 2 Oktober 2018.
Kakeknya dokter Muhammad Kasoghi merupakan dokter pribadi raja Abdulaziz al Saud, keturunan Turki yang menikahi wanita Arab Saudi. Pamannya Adnan Kashogghi merupakan pengusaha terkenal yang putranya Dodi Fayed meninggal saat kecelakaan bersama Lady Diana di Paris tanggal 31 Agustus 1997.
Jamal Kassogghi pernah menurunkan tulisan yang mengritik pemerintah Arab Saudi atas penahanan aktivis wanita Loujain al-Hathloul (kelahiran Jeddah, 31 Juli 1989) bulan Mei 2018 yang menuntut diperbolehkannya wanita mengemudikan mobil di Arab Saudi. Loujain masuk dalam urutan ke-3 sebagai wanita paling berpengaruh tahun 2015 (Top 100 Most Powerful Arab Women 2015.
Setelah tanggal 2 Oktober 2018 Jamal tidak kembali maka calon isterinya melaporkan ke polisi. Awalnya pihak Konsulat mengatakan bahwa dia sudah keluar dan tidak tahu keberadaannya. Namun akhirnya pihak Kejaksaan Arab Saudi mengatakan bahwa Jamal sudah meninggal dan 18 orang ditahan namun pangeran Arab Saudi tidak tersangkut dengan kematiannya.
Kisah kematian Jamal ini mengingatkan kita pada aktivis hak asasi manusia Munir Said Thalib (kelahiran Malang, 8 Desember 1965), Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial, yang meninggal dalam pesawat Garuda dari Jakarta menuju Amsterdam tanggal 7 September 2004.
Saat menjabat Dewan Kontras nama Munir melambung sebagai seorang pejuang bagi orang-orang hilang yang diculik pada masa itu. Ketika itu dia membela para aktivis yang menjadi korban penculikan Tim Mawar dari Kopassus. Setelah Soeharto jatuh, penculikan itu menjadi alasan pencopotan Danjen Kopassus Prabowo Subianto dan diadilinya para anggota tim Mawar.
Ketika Munir meninggal dalam pesawat Garuda tanggal 7 September 2004 awalnya diberitakan dia meninggal karena serangan jantung. Namun sepintar-pintarnya orang menutupi kebusukan akhirnya tercium juga bahwa ternyata Munir meninggal karena diracun oleh mantan pilot Policarpus yang akhirnya dijebloskan ke dalam penjara.
Pelajaran penting dari kisah Jamal Khasogghi dari Arab Saudi dan Munir dari Indonesia ini adalah tindakan untuk mematikan seseorang dengan cara membunuh secara kejam tidak lagi cara yang dapat dibenarkan di era teknologi informasi ini. Semua pihak, termasuk para petugas keamanan kita harus meninggalkan pola yang tidak manusiawi itu.
Jika melihat upaya pemerintah Arab Saudi saat ini yang di bawah tekanan AS dan Eropa akibat kematian Jamal Khassoghi ini, sesungguhnya jauh lebih berat ketimbang kritikannya yang keras saat dia hidup. Memang Jamal diketahui selama ini sering menyebarkan pandangan kritisnya terhadap pemerintah Saudi lewat kolomnya di koran Amerika Serikat, Washington Post, dan akun Twitternya yang sangat populer dengan lebih 1,6 juta pengikut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H