Mohon tunggu...
Jimmy Haryanto
Jimmy Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Pecinta Kompasiana. Berupaya menjadi pembelajar yang baik, karena sering sedih mengingat orang tua dulu dibohongi dan ditindas bangsa lain, bukan setahun, bukan sepuluh tahun...ah entah berapa lama...sungguh lama dan menyakitkan….namun sering merasa malu karena belum bisa berbuat yang berarti untuk bangsa dan negara. Walau negara sedang dilanda wabah korupsi, masih senang sebagai warga. Cita-cita: agar Indonesia bisa kuat dan bebas korupsi; seluruh rakyatnya sejahtera, cerdas, sehat, serta bebas dari kemiskinan dan kekerasan. Prinsip tentang kekayaan: bukan berapa banyak yang kita miliki, tapi berapa banyak yang sudah kita berikan kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Generasi Milenial Jangan Ikut Pemimpin Kolonial

17 September 2018   08:10 Diperbarui: 17 September 2018   08:34 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Percakapan sangat menarik terjadi dengan Yogi, pengemudi kendaraan dalam jaringan (daring), pagi ini. Sambil mengisi waktu hingga ke tempat kerja, maka mulailah Yogi yang lulusan Sekolah Teknik Menengah (STM) Bandung itu bertukar pikiran.

Dia mulai dengan ucapan syukur atas terpilihnya Kang Emil yang menjadi gubernur Jawa Barat tahun 2018 ini. Yogi bertutur sebagai suami yang harus menghidupi tiga orang anak, dia dan isteri mempunyai usaha kecil-kecilan menjual bahan makanan: bisa dapat untung sekitar 100 ribu rupiah setiap hari.

Namun karena tidak mencukupi maka Yogi membiarkan isteri yang menjalankan usaha itu dan Yogi sendiri datang ke Jakarta untuk memulai usaha baru di bidang daring ini.

Ketika ditanyakan apa yang terjadi di negeri tercinta saat ini, dengan fasih Yogi berceritera. Menurutnya pendidikanlah kunci untuk kemajuan Indonesia. Apa itu pendidikan bagi Yogi? Orang-orang yang belum tahu menjadi tahu, dan tugas pemimpin seharusnya memberitahu masyarakat apa yang perlu diketahui.

Misalnya ketika pengemudi di persimpangan jalan dan harus memilih satu dari dua jalan. Satu jalan akan menuju jurang dan maut, dan satu lagi menuju tujuan yang baik. Pemimpin seharusnya orang yang sudah tahu mana jalan yang buruk dan baik lalu menolong masyakarat yang dipimpinnya agar menghindari jalan buruk itu dan menempuh jalan yang baik. Itulah pendidikan.

Soal agama menurut Yogi seharusnya membuat manusia itu semakin baik. Indonesia pernah dikuasai agama Budha di zaman Sriwijaya, dan agama Hindu di zaman Majapahit dan kini agama Islam di zaman milenial ini. Yogi berpendapat apapun agamanya seharusnya membuat manusia itu lebih baik, dan bukan menyalahgunakan agama untuk mendapatkan atau mempertahankan kekuasaan karena sudah terbukti di dunia ini tidak ada negeri yang baik karena menggunakan sistem agama.

Yogi berharap pemimpin sekarang bisa menjadi pemimpin milenial yang sudah terdidik agar bisa menolong masyakatat. Yogi berharap bahwa sosok Kang Emil, Jokowi, Rismarini, Ahok merupakan pemimpin milenial, bukan pemimpin kolonial. Apa itu pemimpin kolonial Yogi? Orang-orang yang haus kekuasaan agar bisa menjadi penguasa menggantikan penguasa di zaman kolonial. Kalau pejabat kolonial menikmati kemewahan karena menindas rakyat yang dijajah, maka pemimpin kolonial saat ini adalah pejabat Indonesia yang mengisi jabatan itu dengan tujuan untuk memperkaya diri sendiri, dan tidak peduli apakah rakyat memilih jalan yang keliru atau maut itu.

Yogi berharap generasi milenial saat ini bisa meninggalkan pola hidup pemimpim kolonial itu dan benar-benar terdidik agar bisa menolong masyarakat agar tidak memilih jalan yang buruk atau keliru. Pemimpin milenial tidak akan membiarkan rakyatnya memilih jalan buruk.

Sayang sekali sudah tiba di tempat tujuan, dan dengan ramah Yogi mempersilakan saya turun karena sudah dibayar duluan (go-pay). Ingin rasanya memperpanjang percakapan indah ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun