Indonesia kembali kehilangan salah satu putra terbaiknya. Marsekal Muda TNI Benyamin Parwoto hari ini, 16Â Mei 2018 meninggal dunia di rumah sakit Medistra akibat kanker usus halus dalam usia 87 tahun.Â
Benyamin Parwoto merupakan alumnus Akademi Angkatan Udara angkatan ke-6. Pada pertengahan tahun 1998, Benyamin Parwoto bersama sembilan purnawirawan Angkatan Udara mendirikan Perhimpunan Purnawirawan Angkatan Udara.
Benyamin Parwoto juga dianggap berjasa untuk membantu mendapatkan tanah bagi kampus  Universitas Paramadina, yang terletak di Jl. Jend. Gatot Subroto sekarang yang sebelumnya Pusdiklat Bank Mandiri.
Ada kasus menarik dari sosok yang cukup bersahaja ini. Walaupun dia seorang tantara, namun telah cukup berpengalaman di dunia sipil seperti menjadi Direktur Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan dan Duta besar RI untuk Kanada di Ottawa. Sampai di situ mungkin tidak ada yang istimewa.....
Namun suatu saat di zaman Orde Baru saat Pak Harto masih sangat berkuasa dan Benyamin Parwoto masih sebagai Dirjen Anggaran Departemen Keuangan, dia diminta untuk "membantu" Bank Duta yang bermasalah saat itu dan putra Presiden Soeharto datang ke ruang kantornya menyerahkan selembar cek yang nilainya sangat tinggi saat itu untuk mau membantu. Namun dengan tenang, tegas, dan sopan Dirjen Anggaran itu menolak.Â
Apa yang terjadi kemudian? Â Mungkin sudah bisa ditebak. Hanya satu hari kemudian ada surat keputusan yang menyatakan jabatannya sebagai Dirjen Anggaran Departemen Keuangan sudah berakhir alias dicopot dan kemudian Benyamin Parwoto "ditugaskan menjadi Duta Besar RI" untuk Kanada berkedudukan di Ottawa.
Menyesalkah jenderal angkatan udara berbintang dua itu? Ternyata tidak. Dia bingkai cek yang disodorkan Tommy itu dan dipigura di ruang pribadinya. Ternyata di zaman Orde Baru sudah banyak orang yang berani seperti Marsekal Muda TNI Benyamin Parwoto ini. Baginya kepentingan rakyat banyak lebih penting dari pada jabatan.
Selamat jalan jenderal berhati baik......Â
Foto Direktur Jenderal (Dirjen) Anggaran Departemen Keuangan, Benyamin Parwoto, Jakarta, 1986. [TEMPO/Ilham Soenharjo; 10C/420/1986; 10C42012]