Mohon tunggu...
Jimmy Haryanto
Jimmy Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Pecinta Kompasiana. Berupaya menjadi pembelajar yang baik, karena sering sedih mengingat orang tua dulu dibohongi dan ditindas bangsa lain, bukan setahun, bukan sepuluh tahun...ah entah berapa lama...sungguh lama dan menyakitkan….namun sering merasa malu karena belum bisa berbuat yang berarti untuk bangsa dan negara. Walau negara sedang dilanda wabah korupsi, masih senang sebagai warga. Cita-cita: agar Indonesia bisa kuat dan bebas korupsi; seluruh rakyatnya sejahtera, cerdas, sehat, serta bebas dari kemiskinan dan kekerasan. Prinsip tentang kekayaan: bukan berapa banyak yang kita miliki, tapi berapa banyak yang sudah kita berikan kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menolak Jadi Gubernur Demi Kebebasan Berpikir

24 Januari 2018   08:58 Diperbarui: 24 Januari 2018   10:03 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat ini sepertinya manusia Indonesia sedang berlomba-lomba mengejar jabatan. Dari yang paling tinggi seperti presiden, menteri, gubernur hingga yang paling rendah seperti kepala desa....bahkan berbagai cara digunakan untuk mendapatkan jabatan itu.

Tapi kematian putra Indonesia berusia 91 tahun yang pernah menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 1978-1983, Doed Joesoef, hari  Selasa, 23 Januari 2018 pukul 23.55 WIB di Rumah Sakit Medistra, Jakarta Selatan menyentakkan hati kita. Apa yang terjadi?

Doed Joesoef muda tahun 1953 ditawari untuk menjadi Gubernur Bank Indonesia menggantikan Sjafruddin Prawiranegara. Pemuda yang masih berusia 27 tahun itu wajar saja tergiur dengan jabatan yang sekarang diemban oleh Agus D.W. Martowardojo itu.

Namun, dia menolak dengan alasan independensi. Dalam wawancara kepada Harian Kompas yang terbit hari Senin 8 Agustus 2016, Daoed Joesoef mengatakan: "Saya menolak karena jika saya masuk BI, saya tidak lagi bebas menulis dan berpikir. Segala tulisan harus dikonsultasikan dengan atasan."

Luar biasa! Pemuda yang cerdas dan lahir di Medan 8 Agustus 1926 itu dan menempuh pendidikan di HIS, Medan (1939); MULO-Tjuu Gakko, Medan (1944); SMA, Yogyakarta (1949) itu kemudian melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Jakarta hingga lulus tahun 1959.

Setelah lulus sarjana dia terus belajar hingga ke luar negeri. Program Master dari universitas terkemuka Universite de Paris I, Pantheon-Sorbonne, Perancis ditempuhnya hingga mendapat gelar master tahun 1969. Kemudian dia melanjut lagi ke Doctorat de L'Universite, Universite de Paris, Perancis hingga tahun 1965), dan akhirnya tahun 1973 dia menggondol gelar doktor Ilmu Ekonomi dari universitas terkemuka Universite de Paris I, Pantheon-Sorbonne, Perancis itu.

Presiden Soeharto tidak menyia-nyiakan kemampuan salah satu putra terbaik tanah air itu. Dr. Daoed Joesoef diangkat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk periode 1978-1983. Keputusannya menolak jabatan Gubernur Bank Indonesia tahun 1953 itu tidak keliru.

Setelah tidak menjabat lagi Dr. Daoed Joesoef tetap hidup sederhana sampai akhir hayatnya.

Selamat jalan salah satu putra terbaik Indonesia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun