Mohon tunggu...
Jimmy Haryanto
Jimmy Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Pecinta Kompasiana. Berupaya menjadi pembelajar yang baik, karena sering sedih mengingat orang tua dulu dibohongi dan ditindas bangsa lain, bukan setahun, bukan sepuluh tahun...ah entah berapa lama...sungguh lama dan menyakitkan….namun sering merasa malu karena belum bisa berbuat yang berarti untuk bangsa dan negara. Walau negara sedang dilanda wabah korupsi, masih senang sebagai warga. Cita-cita: agar Indonesia bisa kuat dan bebas korupsi; seluruh rakyatnya sejahtera, cerdas, sehat, serta bebas dari kemiskinan dan kekerasan. Prinsip tentang kekayaan: bukan berapa banyak yang kita miliki, tapi berapa banyak yang sudah kita berikan kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lulusan IPB Seharusnya Bekerja di Mana?

9 September 2017   00:49 Diperbarui: 9 September 2017   01:40 1651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sindiran Presiden Joko Widodo tentang lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) yang banyak bekerja di bank atau kantoran patut kita renungkan bersama; bukan hanya keluarga IPB saja.

Waktu Bung Karno menghendaki Ibu Megawati Soekarnoputri masuk IPB karena pendiri negeri ini mengharapkan ada orang atau pemuda Indonesia yang bersedia menolong para petani yang merupakan pekerjaan utama rakyat Indonesia di zaman itu.

Memang Bung Karno berharap para pemuda Indonesia membangun semua bidang kehidupan. Namun setelah zaman berkembang kita semua sekitar 260 juta rakyat Indonesia perlu berpikir tentang pendidikan dan pelatihan dalam hidup ini.

Ketika kita duduk di bangku sekolah kita ingin menjadi tentara karena kita lihat betapa gagahnya seragam akademi TNI atau Kepolisian. Bahkan pada umumnya anak-anak muda yang cerdas hanya tertarik masuk Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Institut Pertanian Bogor (IPB). Kita bersyukur banyak perguruan tinggi lain yang baik seperti Unpad, Undip, ITS, Unhas, Unsri, Univ. Trisakti, ISTN, dll. 

Namun kenyataan menunjukkan bahwa sekolah itu tidak menjadi jaminan untuk menjadikan seseorang berhasil. Tidak semua lulusan Akademi TNI atau Akpol yang menjadi jenderal. Sukarno yang lulusan ITB menjadi presiden pertama bukan karena sekedar lulusan ITB. Suharto bukan lulusan akademi TNI, BJ Habibie memang dari ITB, Susilo Bambang Yudhoyono lususan Akademi TNI, dan Joko Widodo memang lulusan UGM. 

Yang perlu disadari seluruh masyarakat Indonesia yang berjumlahs ekitar 260 juta jiwa itu sumbangan apa yang bisa dilakukan untuk membuat Indonesia makin baik. Anak-anak muda boleh saja masuk Akademi TNI, Akpol, UGM, ITB, UI, IPB, Trisakti, Unpad, dan lain-lain namun yang menjadi pertanyaan penting sepanjang hidup sumbangan apa yang bisa diberikan untuk membuat negeri ini lebih baik. Betapa menyedihkannya jika lulusan lembaga itu ternyata harus menikmati jeruji besi karena terlibat korupsi atau mencuri uang rakyat.

Yang kedua semua masyarakat perlu menyadari bahwa sesungguhnya tidak ada yang terlalu kecil dalam memberikan sumbangan bagi kemajuan negeri ini. Menjadi petani, nelayan, pembersih jalan, pedagang, pengusaha, pejabat, dan lain-lain semuanya sama-sama penting untuk menjadikan negeri ini lebih baik.

Kebetulan Presiden Joko Widodo banyak mengubah citra "pejabat ala penjajah" yang telah menancapkan kukunya ratusan tahun menjadi "pejabat Indonesia" yang baru merdeka 72 tahun dengan sikap hidup sederhana, anti korupsi, dan tulus tanpa harus dilayani berlebihan. Kiranya seluruh masyarakat Indonesia semuanya juga melakukan hal yang sama. 

Jadi lulusan IPB tidak perlu malu menjadi petani cerdas yang bisa membantu pertanian Indonesia. Lulusan ITB juga tidak perlu malu jika menjadi perancang atau pembuat warung-warung kecil yang bersih, kuat dan kokoh di kota-kota sehingga semua kalangan merasa nyaman menikmatinya.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun