Mohon tunggu...
Jimmy Haryanto
Jimmy Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Pecinta Kompasiana. Berupaya menjadi pembelajar yang baik, karena sering sedih mengingat orang tua dulu dibohongi dan ditindas bangsa lain, bukan setahun, bukan sepuluh tahun...ah entah berapa lama...sungguh lama dan menyakitkan….namun sering merasa malu karena belum bisa berbuat yang berarti untuk bangsa dan negara. Walau negara sedang dilanda wabah korupsi, masih senang sebagai warga. Cita-cita: agar Indonesia bisa kuat dan bebas korupsi; seluruh rakyatnya sejahtera, cerdas, sehat, serta bebas dari kemiskinan dan kekerasan. Prinsip tentang kekayaan: bukan berapa banyak yang kita miliki, tapi berapa banyak yang sudah kita berikan kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sekolah Tempat Belajar dan Rekreasi

9 Agustus 2016   22:11 Diperbarui: 9 Agustus 2016   22:37 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh pemandangan menarik dua hari lalu. Seorang dosen membawa saya ke sebuah ruangan. Sekitar 20 mahasiswa sedang kuliah. Tapi tidak lazim bentuknya. Ada 8 mahasiswa yang berhadap-hadapan di sebuah meja dan sekali-sekali mereka berbicara. Di sebelahnya tiga wanita dengan celana jin berdiri setengah duduk di atas meja. Di mana dosennya? Oh ternyata sedang ngobrol dengan mahasiswa menjelaskan sesuatu. Suasana dibuat sesantai mungkin tapi mereka tetap belajar dengan sungguh-sungguh.

Sebelum bertanya saya dijelaskan bahwa itu adalah universitas swasta di mana mahasiswanya membayar untuk bisa masuk, jadi mahasiswanya akan belajar sendiri dan menyiapkan diri untuk apa yang diharapkannya. Namun universitas akan menolong mereka agar mereka bisa menikmatinya. Untuk itu universitas menyediakan dosen yang siap mengarahkan, ruang komputer yang terbuka 24 jam bagi semua mahasiswa. Universitas juga menyediakan bahan bacaan yang lengkap di perpustakaan.

Saya jadi ingat berita lama sekitar 40 tahun lalu di mana disebutkan sarjana Indonesia banyak yang tidak siap pakai. Walau sudah lulus sarjana, tapi mereka tidak tahu harus berbuat apa. Sementara di kampus tadi para peserta benar-benar mempelajari apa yang diperlukannya agar siap pakai; bukan dengan pakaian yang tidak boleh pakai jin atau harus pakai rok untuk wanita, atau harus duduk diam memandang dosen dan tidak boleh bicara dengan pelajar/mahasiswa di sebelahnya.

Apalagi ada mahasiswa yang bertanya "bodoh", maka dosen membiarkan saja jika ditertawakan temannya. Sementara di kampus ternama di luar negeri saat dosen baru saja menjelaskan sesuatu dengan terang benderang, maka  seorang mahasiswa bertanya seolah-olah dosen belum menjelaskannya. Kita mahasiswa Indonesia tertawa karena baru saja dijelaskan dosen dengan panjang lebar. Namun mahasiswa lain di sebelah kita berkomentar "Hey, do you think that you are smarter?"  Sejak itu kita tidak mau lagi tertawa biarpun ada pertanyaan yang "sangat bodoh" di kelas.

Seharusnya sekolah di Indonesia perlu dibuat agar peserta didik tertarik dan merasa kehilangan kalau dia tidak masuk di semua tingkatan baik sejak TK hingga perguruan tinggi. Ibaratnya sekolah menjadi tempat belajar dan rekreasi. Hanya dengan cara itu kita bisa menyiapkan orang-orang yang siap pakai.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun