Tidak perlu diragukan bahwa para pemimpin yang lurus dan bersih sangat dibutuhkan Indonesia yang baru merdeka 70 tahun lalu. Gubernur Ahok adalah contoh pemimpin itu. DKI yang dulu dipenuhi raja-raja kecil mulai Gubernur, Deputi, Kepala Dinas hingga staf paling rendah selalu bergelimang dengan pecahan rupiah berwarna merah bahkan uang asing bergambar Abraham Lincoln, kini tidak lagi. Mereka harus bekerja gigih untuk melayani warga Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur Ahok.
Kemudian negeri berbendera merah yang berarti berani dan putih yang berarti suci itu kemudian dikejutkan sosok lurus dan bersih yang hinggap dalam tubuh Abraham Samad, Ketua KPK yang sepertinya muncul tiba-tiba. Lewat tangan dinginnya Ketua Umum Partai Demokrat, partai yang berkuasa saat itu ditahan; bahkan dijebloskan ke dalam penjara hingga saat ini. Lewat keberaniannya pula saudara sekampungnya dan Menpora Andi Mallarangeng harus mundur dan masuk penjara pula karena terlibat korupsi pembangunan gedung olah raga Hambalang di Jawa Barat.
Tentu saja hati masyarakat Indonesia senang jika Indonesia maju dan kuat dan rakyatnya hidup sejahtera. Masalahnya, sikap dan pendirian yang dimiliki sosok seperti Ahok dan Abraham Samad itu ternyata belum dimiliki semua pemimpin Indonesia. Bahkan nasib Abraham Samad di luar dugaan bisa berbalik dari tokoh lurus dan bersih menjadi tokoh jahat, walaupun kebanyakan mayarakat Indonesia menganggap putra Indonesia pemberani itu merupakan "tokoh dan pahlawan" di zaman modern ini.
Pertanyaannya sekarang apakah tokoh baik dan lurus yang berani seperti Ahok dan Abraham Samad itu terlalu cepat lahirnya? Artinya, saat ini masyarakat Indonesia masih belum bisa menerima sosok lurus dan bersih; masih membolehkan orang mempunyai banyak mobil Ferari dan Lamborghini seperti H Lulung atau rekening Rp. 57 miliar seperti Budi Gunawan walaupun tidak tahu asalnya dari mana.
Atau mereka salah tempat? Seandainya mereka memimpin di tempat lain yang sudah bersih seperti Singapura, Jepang, dan Australia mungkin mereka justeru akan disiapkan untuk mendapatkan gelar kehormatan karena jasa-jasa mereka pada saat penting seperti acara HUT RI ke-70 di Indonesia?
Kalau melihat kehidupan Indonesia yang baru 70 tahun ini memang penyakit korupsi sudah terlalu mengakar dalam kehidupan masyarakat. Banyak yang beranggapan lamanya Indonesia dijajah Belanda (300 tahun lebih) membuat masyarakat menjadi menganggap praktik korupsi itu biasa, bahkan zaman dulu dianggap sebagai budaya. H. Lulung dari DKI atau Komjen Budi Gunawan paling tidak merupakan sosok yang tidak bisa menerima sosok bersih dan lurus seperti Ahok dan Abraham Samad.
Soekarno--Soeharto---BJ Habibie---Gus Dur---Bu Mega----SBY---SBY---Jokowi----
1945---------1966----------1997---------1998--------2000-----2004-----2009---2014--2019
----------------------------------------------Â KPK Lahir (2002)----KPK Makin Kuat---KPK Melemah
---------------------------------------------UU No. 39/1999---Antasari-----Jkwi/Ahok--Ab Samad--BG
Pertanyaan ini perlu dijawab dalam hati setiap anak-anak Indonesia sejak dini, baik di play group, TK, hingga di perguruan tinggi. Memiliki hati yang lurus dan bersih serta berani tetap dibutuhkan negeri yang sebelum dijajah tiga ratus tahun oleh orang asing (yang saat ini suka mengkritik Indonesia), sudah ada berupa masyarakat Jawa, Sunda, Aceh, Batak, Minang, Melayu, Dayak, Manado, Ambon, Timor, Biak, Dani, Fakfak, Amungme, dll, agar ke depannya negeri yang disebut sekarang nomor sepuluh dunia secara ekonomi itu bisa lebih baik lagi.