Mohon tunggu...
Jimmy Haryanto
Jimmy Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Pecinta Kompasiana. Berupaya menjadi pembelajar yang baik, karena sering sedih mengingat orang tua dulu dibohongi dan ditindas bangsa lain, bukan setahun, bukan sepuluh tahun...ah entah berapa lama...sungguh lama dan menyakitkan….namun sering merasa malu karena belum bisa berbuat yang berarti untuk bangsa dan negara. Walau negara sedang dilanda wabah korupsi, masih senang sebagai warga. Cita-cita: agar Indonesia bisa kuat dan bebas korupsi; seluruh rakyatnya sejahtera, cerdas, sehat, serta bebas dari kemiskinan dan kekerasan. Prinsip tentang kekayaan: bukan berapa banyak yang kita miliki, tapi berapa banyak yang sudah kita berikan kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pesan Natal Paus: Jangan Haus Kekuasaan dan Jangan Munafik!

24 Desember 2014   04:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:35 3774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika di Indonesia masih muncul perdebatan apakah orang Islam boleh mengucapkan selamat hari natal kepada orang Kristen, Paus Francis yang dikenal hanya dengan sebutan namanya saja di negara asalnya Argentina, tanpa embel-embel "Paus" membuat kejutan luar biasa saat perayaan Natal di Vatikan kemarin, 22 Desember 2014. Seperti biasa, para peserta natal berharap akan mendapatkan kata-kata berkat yang manis dari seorang Paus saat acara natal di Vatikan (Curia Christmas) itu, namun yang keluar adalah kata-kata tajam yang mengkritik para pejabat tinggi atau para uskup di Vatikan, Roma, yang hanya mengejar karir karena gemar  kekuasaan, mempunyai standar hidup ganda atau munafik, dan menderita penyakit rohani "Alzheimer" sehingga tidak bisa tampil dengan sukacita dari Allah. Paus Francis mengkritik tajam para pejabatnya dalam acara natal Curia di Vatikan, kemarin tanggal 22 Desember 2014 (Sumber: Andreas Solaro/AP). Menurut para pengamat, ungkapan kritis dari seorang Paus setajam itu merupakan yang pertama dalam sejarah kepausan. Ibaratnya Paus Francis pun hendak mengatakan tidak perlulah mengucapkan "selamat hari natal" kalau hidup masih jauh dari yang Allah harapkan. Ungkapan itu menjadi hampa ketika hidup orang yang menyampaikan itu ternyata tanpa kasih, tanpa ketulusan, dan tanpa kepedulian terhadap sesama, atau dalam istilah yang lazim di Indonesia ungkapan salam natal menjadi sia-sia kalau hidup orang yang menyampaikan itu penuh dengan kepura-puraan (munafik). Francisco (yang sekali lagi tidak suka disebut sebagai Paus) memang sudah lama dikenal sebagai pastor yang rendah hati ketika masih melayani di Buenos Aires, Argentina. Kemana-mana selalu naik kendaraan umum dengan pakaian sederhana, akibatnya orang-orang "paling jahat" pun di Argentina sangat hormat sama dia. Seperti diberitakan, seusai acara natal di Vatikan itu, para pejabat tinggi dan para pastor di Vatikan sangat sedikit yang tersenyum ketika Francisco mengungkapkan kritikan tajam itu. Namun ternyata itu bukan tanpa dasar, karena berdasarkan penyelidikan secara diam-diam yang dilakukan sejak zaman Paus Benedicto memang itulah yang ditemukan. Pesan Paus itu tidak ada salahnya kita camkan dalam diri masing-masing. Tidak perlulah mempersoalkan apakah dosa bagi orang Islam mengucapkan selamat natal kepada orang Kristen di bulan Desember. Itu tidak terlalu penting! Yang jauh lebih penting apakah kita (semua orang, termasuk orang Kristen) masih hidup dalam kemunafikan dengan berpakaian kebaikan dan keramahan, namun sesungguhnya hati kita penuh dengan tipu muslihat, dengki, kebencian, dan keserakahan. Kalau itu yang terjadi maka pesan natal Francisco yang merupakan Paus itu perlu kita renungkan kembali dengan jujur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun