Mohon tunggu...
Jimmy Haryanto
Jimmy Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Pecinta Kompasiana. Berupaya menjadi pembelajar yang baik, karena sering sedih mengingat orang tua dulu dibohongi dan ditindas bangsa lain, bukan setahun, bukan sepuluh tahun...ah entah berapa lama...sungguh lama dan menyakitkan….namun sering merasa malu karena belum bisa berbuat yang berarti untuk bangsa dan negara. Walau negara sedang dilanda wabah korupsi, masih senang sebagai warga. Cita-cita: agar Indonesia bisa kuat dan bebas korupsi; seluruh rakyatnya sejahtera, cerdas, sehat, serta bebas dari kemiskinan dan kekerasan. Prinsip tentang kekayaan: bukan berapa banyak yang kita miliki, tapi berapa banyak yang sudah kita berikan kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa Majalah "The Economist" Memuji Langkah Jokowi?

17 Januari 2015   10:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:58 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Jokowi sedang menghadapi "kerikil dalam sepatunya" akibat pencalonan Komjen Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri, sepertinya muncul "oasis di gurun pasir" walaupun kelihatannya datangnya dari pihak luar.

Majalah "The Economist" yang terbit sejak tahun 1843 dan berdomisili di London, Inggris dalam edisi 10 Januari 2015, memuat berita berjudul "Indonesia´s economy: Subsidies scrapped (Ekonomi Indonesia: Subsidi Dihapuskan). Berita itu pada intinya memuji langkah Presiden Joko Widodo (Widodo) yang untuk pertamakalinya berani menghapuskan subsidi minyak.

Menurut majalah itu Pemerintah sekarang akan mendapatkan triliunan rupiah untuk dapat digunakan dalam membangun Indonesia. Disebutkan bahwa harga bensin sekarang di Indonesia menjadi Rp. 7.600 per liter per 1 Januari 2015 turun dari Rp. 8.500 pada bulan Desember 2014 karena mengikuti harga minyak dunia.

Akibatnya penerimaan pajak akan meningkat dengan cepat. Dikutip pernyataan Menkeu Bambang Brodjonegoro yang menyebutkan akan dapat dihemat sekitar Rp. 200 trilun dari penghapusan subsidi tersebut. Walaupun belum begitu jelas untuk apa uang itu digunakan, namun Taimur Baig, Kepala Ekonomi Bank Jerman (Deutsche Bank) di Jakarta mengatakan bahwa melihat agenda Presiden Jokowi uang itu akan digunakan untuk kesehatan, pendidikan dan infrastruktur, dan dia ingin mengurangi defisit anggaran dari 3% menjadi 2%.

Majalah "The Economist" itu menutup dengan menyimpulkan bahwa dalam jangka panjang perekonomian Indonesia akan makin cerah. Infrastruktur yang lebih baik akan mengurangi biaya transportasi dan akan menarik lebih banyak investasi, termasuk dari luar negeri. Dengan tenaga kerja yang lebih sehat dan lebih cerdas, Indonesia akan semakin terhindar dari pekerja dengan upah rendah. Masyarakat yang lebih cerdas karena pendidikan yang lebih baik akan mencari pekerjaan di tempat yang lebih baik seperti perusahaan semikonduktor dan smartphones, tidak lagi hanya di pabrik. "Awal tahun yang baik bagi Jokowi," tutup majalah itu.

Kalau majalah asing dan pakar luar negeri bisa melihat Indonesia yang lebih baik di bawah kepemimpinan Jokowi, apakah masyarakat Indonesia terlalu kritis jika menganggap belum ada kemajuan berarti di bawah Jokowi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun