Festival lagu-lagu rakyat baru saja dimulai. Walikota dan Komite Kesenian yang bertanggungjawab menyelenggarakannya. Waktunya selalu sama yakni setiap bulan Januari. Acara dimulai pukul 19.00 dan baru berakhir pukul 05.00 pagi karena acaranya sangat menarik. Hebatnya, walau sampai malam bahkan pagi hari, tidak terjadi kejahatan atau kegaduhan karena polisi hampir di setiap sudut jalan siap menjaga. Panggung besar dengan warna warni indah sangat memukau perhatian 7.000 penonton yang harus membayar tiket antara 100-400 ribu rupiah. Tapi puluhan atau ratusan ribu orang yang tidak masuk ke dalam pertunjukan, juga tak kalah serunya menikmati makanan dan minuman khas serta pameran kesenian dari seluruh provinsi di luar panggung yang ditata dengan baik dan menarik; mlai dari kulit, kayu, kertas bahkan buku-buku kesenian yang menarik. Harga dan cara menjualnya sangat menarik perhatian. Waktu pertunjukan ini berlangsung selama seminggu dan sudah dilakukan sebanyak 55 kali setiap tahunnya. Para penyanyi dengan suara merdu melantunkan lagu-lagu rakyat dan adang-kadang dengan suguhan tarian dari semua provinsi.
Salah satu penampilan penyanyi dalam Cosquin 2015 (Sumber: Daniel Jaworski). Menurut walikota Cosquien (baca Coskin) yakni kota berpenduduk sekitar 24.000 orang di provinsi Cordoba, sekitar 700 km dari kota Buenos Aires, Argentina, festival rakyat itu merupakan satu-satunya di Argentina dan masyarakat Argentina sudah tahu acara itu sehingga jauh-jauh hari mereka sudah pesan hotel atau penginapan, kalau tidak akan susah sekali mendapat tmpat dan banyak yang harus menginap di kota besar Cordoba sekitar 70 km dari tempat acara itu. Ah seandainya saja Kementerian Pariwisata dapat mengatur acara seperti itu di tanah air secara teratur, maka itulah saat terbaik untuk mengunjungi Indonesia. Misalnya bisa saja diadakan "Indonesian folklore festival" dengan bekerasama dengan pemerintah daerah dan penggiat seni Indonesia agar secara teratur (misalnya tanggal 1-7 Maret) di Manado, dan harus bisa direncanakan bisa berangsung minimal 20 tahun. Acara lain misalnya festival dangdut setiap tanggal 1-7 Mei di kota Tasikmalaya sehingga masyarakat akan datang ke tempat itu. Festival tari rakyat di Banda Aceh misalnya setiap tanggal 1-7 Juni di mana seluruh daerah diundang, dan lain-lain. Dengan pertunjukan yang teratur itu maka warga setempat akan dapat hidup lebih baik karena diberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan ekonomi berupa penyediaan tempat penginapan, penjualan makanan dan minuman, penjualan barang kerajinan, penyediaan jasa transportasi, dll. Kerjasama yang erat antara Kementerian Pariwisata dan pemerintah daerah, pengusaha dan penggiat seni pada akhirnya akan dapat mewujudkan pertunjukan yang baik mengingat Indonesia kaya sekali dengan budaya seni. Apalagi jika perwakilan Indonesia diminta ikut memasarkan acara itu, maka bukan mustahil turis asing juga akan berbondong-bondong ke Indonesia pada saat acara menarik tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H