Mohon tunggu...
Jimmy Haryanto
Jimmy Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Pecinta Kompasiana. Berupaya menjadi pembelajar yang baik, karena sering sedih mengingat orang tua dulu dibohongi dan ditindas bangsa lain, bukan setahun, bukan sepuluh tahun...ah entah berapa lama...sungguh lama dan menyakitkan….namun sering merasa malu karena belum bisa berbuat yang berarti untuk bangsa dan negara. Walau negara sedang dilanda wabah korupsi, masih senang sebagai warga. Cita-cita: agar Indonesia bisa kuat dan bebas korupsi; seluruh rakyatnya sejahtera, cerdas, sehat, serta bebas dari kemiskinan dan kekerasan. Prinsip tentang kekayaan: bukan berapa banyak yang kita miliki, tapi berapa banyak yang sudah kita berikan kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seandainya Ini Kapolri, Drama BW Tidak Perlu Terjadi!

24 Januari 2015   11:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:28 1182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernyataan mantan Wakapolri Komjen Oegroseno yang tegas menyatakan bahwa penangkapan Wakil Ketua KPK Bambang Widjonanto merupakan rekayasa, senada dengan aspirasi masyarakat Indonesia yang sudah muak dengan perilaku koruptif pejabat Indonesia. Usulannya agar calon Kapolri Komjen Budi Gunawan dan Kabareskrim Komjen Budi Waseso dipecat juga seiring dengan kemarahan rakyat Indonesia yang merasa kedua tokoh polisi itu sedang merekayasa balas dendam terhadap KPK yang menetapkan Budi Gunawan sebagai tersangka. Mengapa Komjen Oegroseno yang juga anggota Polri itu sampai berseberangan pandangan dengan rekan-rekannya di Kepolisian itu? Mungkin sebagai polisi dia sudah tahu lika-liku permainan orang-orang di Kepolisian itu yang sudah mati rasa terhadap kepatutan sehingga walau menyimpan rekening senilai Rp. 57 miliar dengan dalih uang anak berusia 19 tahun, menganggap patas saja sebagai Kapolri. Lebih tak masuk akal lagi Kabareskrim Budi Waseso justeru menuduh rekan-rekannya penghianat. Pertanyaannya lebih berat mana menghianati koruptor atau menghianati rakyat? Melihat pernyataan tegas Komjen Oegroseno yang sebelumnya Wakapolri dan Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan Mabes Polri (Kabaharkam), Kapolda Sulteng, Kadiv Propam Polri, dan Kapolda Sumut dan selalu menorehkan prestasi yang baik, maka seandainya dia yang jadi Kapolri Presiden Jokowi tidak perlu dipertanyakan komitmennya terhadap upaya pemberantasan korupsi seperti saat ini. Seadainya dia yang menjadi Kapolri tidak petlu pula dilakukan upaya penggembosan KPK seperti yang sekarang dilakukan para polisi dengan dimotori Kabareskrim yang terkesan kurang menghargai Wakapolrinya karena mungkin merasa yakin bawa dia di atas angin karena Kapolrinya akan tetap di tangan Komjen Budi Gunawan yang dianggapnya sudah dekat dengan Presiden Jokowi. Sayang sekali memang Oegroseno sudah dipensiunkan. Tapi jika tidak ada pilihan lain maka dalam negara tidak bisa menemukan Kapolri yang baik, kenapa tidak diangkat saja Komjen Oegroseno sebagai Kapolri selama satu atau dua tahun ini dengan salah satu tugas mencari sosok Kapolri yang sesuai harapan masyarakat. Bahkan ketika masih menjabat Kasatserse Polwiltabes Surabaya Polda Jatim tahun 1996, namanya sudah mulai dikenal masyarakat. Komjen Oegroseno, merupakan putra Brigjen Pol (Purn.) Rustam Santiko (alm) yang pernah menjabat wakil gubernur Akademi Kepolisian, dikenal sebagai pribadi yang tegas, sederhana, dan bersih. Saat menjabat sebagai Wakapolri dia mengatakan bahwa polisi tidak perlu sungkan naik kendaraan umum agar dekat dengan masyarakat. Itu tentu harapan masyarakat dari polisi. Kenapa tidak mengikuti saran Oegroseno? Dia juga meminta agar para perwira menengah polisi melaporkan harta kekayaannya. Hal ini tentu sangat bagus sehingga “rekening gendut” tidak perlu terjadi lagi seperti yang dialami Komjen Budi Gunawan.

Komisaris Jenderal Polisi Drs. Oegroseno, SH, MH, SIK, Msi (Sumber:http://lemdik.polri.go.id). Komjen Pol Oegroseno juga pernah mengatakan bahwa akan ditandatangani MoU yang berisikan tentang zona integritas di mana birokrasi Polri nantinya akan bebas dari KKN. Bukankah itu yang diharapkan masyarakat? Presiden SBY, DPR, dan Kompolnas sudah membuang peluang baik untuk mendapatkan Kepala Kepolisian RI. Seandainya Presiden Jokowi menjadikan Komjen (Pol) Oegroseno sebagai Kapolri, maka citra kepolisian akan berangsur baik dan masyarakat pun akan menikmati ketenteraman dan ketertiban. Kalau hanya karena sudah pensiun gunakan saja alasan darurat dan tetapkan saja misalnya Oegroseno menjadi Kapolri hanya dua tahun mendatang, pasti kepolisan Indonesia akan lebih baik. Di era keterbukaan ini resiko mengajukan Komjen Oegroseno (lahir di Pati, Jawa Tengah, 17 Februari 1956) sebagai calon Kapolri karena sudah pensiun jauh lebih ringan dibandingkan dengan terus ngotot mengajukan Komjen Budi Gunawan karena terlibat rekening gendut. Usia 58 tahun dengan kepribadian yang baik untuk memimpin polisi Indonesia jauh lebih baik dari pada yang bermasalah seperti terlibat dalam rekening gendut. Peristiwa terakhir dengan mencoba mengobok-obok KPK bahkan mengisukan Abraham Samad dengan perilaku yang aneh-aneh serta menangkap Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto, dengan mata telanjang mudah sekali dilihat masyarakat sebagai rekayasa yang tidak mustahil bisa lebih menyulitkan Presiden Jokowi nantinya yang sebenarnya sudah ada di hati masyarakat Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun