Putusan pengadilan yang mengabulkan permohonan praperadilan oleh Komjen Budi Gunawan (calon Kapolri) pemilik rekening Rp 57 miliar, di satu sisi bisa dilihat sebagai kemenangan di pihak Budi Gunawan dan pendukungnya, seperti PDI-P, termasuk Presiden Jokowi. Namun di sisi lain mayoritas masyarakat Indonesia yang sesungguhnya berpihak pada Jokowi bisa terpengaruh. Ungkapan kekecewaan sudah mulai muncul karena menganggap Jokowi seperti memberi angin segar kepada para koruptor di negeri ini.
Tidak perlu dipertanyakan bahwa masyarakat Indonesia kagum akan sosok Joko Widodo. Saat dia menjadi wali kota Solo, bukan saja warga Solo yang senang karena dia dikenal banyak melakukan pendekatan baru yang lebih manusiawi dalam mengelola kota bersejarah itu. Pendekatan persuasif dan dialog dengan masyarakat jika harus memindahkan warga, dalam melakukan pembangunan kota Solo mendapat perhatian serius.
Letjen Purn Prabowo kemudian mendukungnya untuk menjadi calon gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta, walaupun setelah mencalonkan diri jadi calon presiden mereka harus bersaing. Mantan presiden Megawati Soekarnoputri juga ikut mendkungnya menjadi calon presiden.
Artinya dukungan terhadap Joko Widodo itu datang dari seluruh lapisan masyarakat mulai dari Merauke di ujung Timur Indonesia hingga warga Sabang di ujung Barat Indonesia. Pertanyaannya sekarang apakah dukungan masyarakat ini dapat dimanfaatkan Joko Widodo selama lima tahun ini.
Kalau melihat perkembangan terakhir, yakni adanya penudaan pelantikan Kapolri, maka ada penundaan yang dilakukan Joko Widodo untuk memanfaatkan momentum ini. Sejak pengumuman pencalonan Komjen Budi Gunawwan hingga hari ini (15 Februari 2015) sudah ada beberapa hari yang hilang. Pada hal pencalonan Kapokri hanya satu hal dari banyak hal yang harus diselesaikan. Pencalonan Panglima TNI sudah menunggu.
Mantan presiden SBY, mantan presiden Megawati dan Letjen Purn Prabowo ikut mengamati fenomena Jokowi setelah berhasil mengelola kota Solo dan Jakarta. Ungkapan para pakar politik sebelum pencalonan Jokowi menjadi presiden cenderung mengunggulkannya untuk tampil sebagai pemenang pemilu. Sekarang Jokowi sudah benar-benar memegang tampuk pemerintahan sejak 20 Oktober 2015.
Melihat beberapa perkembangan akhir-akhir ini seperti gejolak pencalonan Komjen Budi Gunawan sebagai calon Kapolri yang ternyata memiliki rekening gendut seniali Rp. 57 miliar dan ditetapkan tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sikap PDIP yang sepertinya mempertanyakan sikap residen Jokowi, sikap masyarakat yang mulai melihat Jokowi lebih berpihak pada polisi dari pada KPK terkait pencalonan Komjen Budi Gunawan, serta kurang harmonisnya hubungan mantan presiden Megawati dengan Presiden Jokowi mungkin bisa menimbulkan berbagai interpretasi. Misalnya SBY dan Prabowo sepertinya tidak merasa bahwa Jokowi itu butuh pengalaman sehingga mereka berupaya membantu. Tapi Megawati pun sepertinya tidak tega menjadikan Jokowi berubah menadi sosok yang "dimushinya."
Jokowi baru menjadi presiden sejak 20 Oktober 2014. Jangan sampai ada perasaan menyesal dalam dirinya bahwa sebagai kepala pemerintahan itu tidak mudah dan tidak nikmat. Gejolak dan dinamika yang dihadapi dalam waktu singkat ini harus segera dijadikan sebagai pelajaran berharga. Tidak boleh lagi "waktu yang terbuang percuma." Masyarakat menilai persoalan pencalonan Kapolri Budi Gunawan berawal dari tidak dilakukannya konsultasi dengan KPK dan PPATK, ada hal dalam pencalonan menteri Kabinet Jokowi melakukan konsultasi itu. Dalam pencalonan Panglima TNI atau pejabat lain sebaiknya Jokowi secara konsisten melakukan konsultasi dengan KPK dan PPATK.
Hal lain yang perlu dilakukan Jokowi di sisa pemerintahannya ini adalah menghindari "permusuhan" dengan pihak-pihak berpengaruh seperti Megawati, SBY, dan Prabowo tanpa harus memenuhi semua keinginan mereka. Misalnya bisa dilakukan hubungan konsultasi tanpa diketahui publik namun tidak boleh untuk melakukan transaksi politik, hanya bersifat tukar pikiran saja.
Tapi sesungguhnya apa yang dialami Presiden Jokowi saat ini ibrat tertimpa tangga. Semoga rakyat tidak menambh menambah ibarat pepatah "sudah jatuh tertimpa tangga pula." Atau seperti kata anak-anak muda "sudah jatuh tertimpa tangga pula, dikejar-kejar anjing lagi dan dimarahi mertua karena berantam sama isteri." Wah jangan sampai begitu ya.
Mungkin sikap SBY, Prabowo dan tokoh lain saat ini sepertinya bisa memahami dan ingin menyelamatkan Presiden Jokowi demi kepentingan Indonesia. Sayangnya ada orang-orang seperti Komjen Budi Gunawan yang mungkin berperan besar untuk memenangkan Jokowi dan sayangnya bukan tokoh bersih seperti yang dikehendaki rakyat.
Semangat terus Presiden Jokowi, seluruh masyarakat Indonesia masih memberimu kesempatan!