Mohon tunggu...
Jimmy Haryanto
Jimmy Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Pecinta Kompasiana. Berupaya menjadi pembelajar yang baik, karena sering sedih mengingat orang tua dulu dibohongi dan ditindas bangsa lain, bukan setahun, bukan sepuluh tahun...ah entah berapa lama...sungguh lama dan menyakitkan….namun sering merasa malu karena belum bisa berbuat yang berarti untuk bangsa dan negara. Walau negara sedang dilanda wabah korupsi, masih senang sebagai warga. Cita-cita: agar Indonesia bisa kuat dan bebas korupsi; seluruh rakyatnya sejahtera, cerdas, sehat, serta bebas dari kemiskinan dan kekerasan. Prinsip tentang kekayaan: bukan berapa banyak yang kita miliki, tapi berapa banyak yang sudah kita berikan kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Presiden Brazil Melakukan Blunder?

22 Februari 2015   13:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:43 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kita membaca di media bahwa calon Duta Besar Indonesia ke Brazil Toto Riyanto ditolak di istana presiden, kita langsung ingin tahu apa yang terjadi. Disebutkan bahwa calon Dubes Toto Ryanto mendapat undangan dari istana presiden Brazil untuk menyerahkan surat-surat kepercayaan tanggal 20 Februari 2015. Namun setelah dia tiba di istana, bukan sambutan baik yang diterimanya melainkan informasi yang mengatakan bahwa  dia tidak termasuk calon Dubes yang akan menyerahkan surat-surat kepercayaan kepada presiden Brazil Dilma Roussef hari itu.

Tentu saja tindakan Pemerintah Brazil itu sebagai  langkah blunder karena bisa dianggap tidak profesional karena tidak mengetahui siapa saja calon Dubes yang akan datang. Namun begitu mengetahui ternyata ada calon Dubes Indonesia dan mungkin ingat ada dua warga Brazil yang baru dihukummati di Indonesia, barulah mereka sadar dan langsung meminta calon Dubes Indonesia itu pulang. Kalau staf kepresidenan Brazil sedikit profesional, tentu jauh-jauh hari itu sudah bisa diperhitungkan sehingga calon Dubes Indonesia itu tidak perlu hadir ke istana.

Kekeliruan kedua yang dilakukan Presiden Dilma Roussef dan Menlu Mauro Luiz Iecker Vieira yakni kurang diplomatis atau kurang bisa menghargai tata krama pergaulan internasional. Seandainya mengerti, maka secara diplomatis bisa mencari jalan terbaik agar peristiwa itu tidak sampai terjadi.

Kekeliruan yang ketiga dan mungkin yang paling fatal yakni tindakan Presiden Dilma Roussef dianggap sebagai bentuk kekecewaan masyarakat Brazil terhadap dieksekusinya dua warganya di Jakarta, namun karena tidak disampaikan dengan terus terang, hanya menolak calon Dubes di istana saja dan mengatakan ada perubahn waktu, maka itu dianggap tindakan pengecut. Seharusnya kalau berani, langsung saja bilang tetus terang bahwa calon Dubes Indonesia ditolak karena Pemerintah Brazil kecewa dengan pelaksanaan hukuman mati terhadap warganya yang terlibat secara sah dan meyakinkan melakukan kejahatan narkoba.

Semoga kita juga belajar dari langkah keliru pemerintah Brazil ini agar tidak pernah melakukan hal yang sama terhadap calon Dubes asing ketika suda tiba di istana.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun