Beberapa hari lalu selepas tugas di rumah sakit, saya mampir ke salah satu mall di Jakarta untuk sekedar melihat-lihat dan mampir ke barbershop untuk potong rambut. Biasanya prosesi potong rambut saya hanya memakan waktu 30 menit, tapi kali ini sampai 1 jam! Ini bukan karena tingkat kesulitan memotongr rambut saya yang tinggi lho.., tapi kebetulan tukang cukur yang satu ini agak sedikit “kepo”… alias “banyak Tanya”.
Tukang cukur : Bapak kerja dimana?
Saya : Di rumah sakit.
Tukang cukur : Oh dokter ya…
Saya : Iya…
Tukang cukur : Wahhhh enak dong jadi dokter, kerjanya santai duit banyak (dengan nada excited)
Saya : Ahh enggak juga mas biasa aja…
……..lanjut pembicaraan panjang lebar.
Ada sesuatu yang menggelitik bagi saya dari topik pembicaraan tadi, saya jadi berpikir bahwa sampai saat ini profesi dokter masih dipandang tinggi oleh sebagian besar orang, dokter adalah profesi yang mulia, mudah bekerja, gaji besar, dan terhormat, setidaknya itulah image yang masih melekat saat ini.
Padahal tidak seluruhnya benar menurut saya. Profesi dokter adalah profesi yang mulia, “betul” Terhormat, “betul” Mudah bekerja, “gak juga”, Gaji tinggi, “apalagi.. lebih gak juga”, malah saya sempat tertawa dalam hati, jangan-jangan income saya kalah sama tukang cukur ini.