Mohon tunggu...
Jimmi Saputra
Jimmi Saputra Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

eight

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Pelestarian bahasa daerah sebagai warisan budaya bangsa

29 Desember 2024   09:11 Diperbarui: 29 Desember 2024   09:11 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

     Bahasa daerah merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia. Indonesia menjadi salah satu negara dengan bahasa paling banyak di dunia. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, (Kemendikbud Ristek) terdapat 718 bahasa yang tersebar di tanah air. Berdasarkan wilayahnya, Papua menjadi provinsi dengan bahasa daerah terbanyak di Indonesia. Ada 326 bahasa daerah yang digunakan di Papua. Papua Barat menyusul di posisi kedua dengan 102 bahasa daerah. Beberapa bahasa daerah yang ada di Papua Barat, antara lain bahasa Bantanta, Esaro, dan Kalabra. Setelahnya ada Nusa Tenggara Timur yang memiliki 72 bahasa daerah. Kemudian, ada 62 bahasa daerah yang digunakan di Maluku. Selanjutnya, disusul oleh Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tengah yang memiliki 23 dan 21 bahasa daerah. Jika dilihat paling sedikit, Kepulauan Riau dan Yogyakarta menjadi provinsi dengan bahasa daerah paling sedikit di Indonesia. Hanya satu bahasa daerah yang digunakan di kedua provinsi itu. Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Kepulauan Bangka Belitung juga termasuk provinsi dengan bahasa daerah paling sedikit di Indonesia. Ketiga provinsi tersebut hanya menggunakan dua bahasa daerah di masing-masing wilayah. Ada beberapa tantangan untuk menjaga keberagaman bahasa daerah, khususnya di tengah arus globalisasi ini, contohnya generasi muda yang lebih condong menggunakan bahasa asing.

      Penggunaan bahasa asing sangat kerap kita dengar dalam komunikasi masyarakat sehari-hari terutama pada generasi muda. Generasi muda menilai bahwa bahasa asing lebih keren untuk digunakan pada zaman ini daripada bahasa daerah. Terdapat beberapa kekhawatiran atau ancaman yang muncul akibat fenomena ini, salah satunya lunturnya penggunaan bahasa daerah. Jika dibiarkan hal tersebut  terjadi, hilangnya salah satu bahasa daerah mungkin terjadi karena sudah tidak ada yang mempelajari bahasa daerah tersebut. Hilangnya bahasa daerah merupakan kemunduran terhadap keanekaragaman budaya dan identitas  budaya. Kerja sama dari berbagai pihak diperlukan untuk mengatasi masalah ini, seperti mengembangkan kurikulum yang memerhatikan pada bahasa daerah dan lebih sering menggunakan bahasa daerah ketika berkomunikasi sehari-hari.

     Pelestarian budaya lokal sangat penting, salah satunya bahasa daerah, karena bahasa daerah merupakan cara untuk berkomunikasi. Bahasa daerah harus tetap hidup dan berkembang sebagai warisan budaya untuk generasi mendatang melalui berbagai cara seperti pendidikan dan pemanfaatan teknologi. Oleh karena itu menjaga warisan budaya adalah tugas kita, seluruh warga negara. Kita harus senantiasa siap dengan berbagai ancaman dan rintangan dalam menjaga bahasa daerah. Dengan menjaga bahasa daerah, kita bisa meneruskan warisan budaya kepada generasi mendatang. Pada era globalisasi ini belajar bahasa asing sangatlah bagus, tapi akan lebih bagus lagi apabila kita juga belajar dan tidak melupakan bahasa daerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun