Seorang Timo Scheunemann (@coachtimo) pernah berkicau bahwa tidak diharamkan politik masuk ke dunia persepakbolaan Indonesia, tapi yang diperlukan bukanlah politik uang melainkan politik program.
Apa yang tidak boleh direcoki politik dalam dunia sepakbola?Â
Yang tidak boleh adalah kepengurusan orang politik di federasi maupun di klub pro.
Wajar ada pro dan kontra dari netizen atas kicauan @coachtimo mengingat federasi sepakbola Indonesia pernah direcoki politik beberapa waktu lamanya yang mengakibatkan kisruh berkepanjangan di PSSI. Trauma dualisme PSSI masih kita rasakan sampai saat ini.
Tapi, jika kita ambil sisi positif kicauan @coachtimo maka trauma itu bisa kita kesampingkan dulu. Politik program, itulah kata yang tepat diistilahkan oleh @coachtimo.
Politik program seperti apa yang bisa kita ambil untuk diaplikasikan ke dunia sepakbola? Ambil contoh gaya politik sang Jenderal Prabowo Subianto.
Setelah Prabowo kalah dalam pemilihan presiden Juli lalu, upaya sang Jenderal untuk berkuasa tidak berhenti begitu saja. Sang Jenderal mengerahkan para pengacaranya untuk bertarung di MK, tapi juga berakhir dengan kekalahan.
Rupanya sang Jenderal telah menyusun strategi baru, tidak tanggung-tanggung koalisi sang Jenderal mengatur strategi untuk menyapu bersih pimpinan MPR, DPR, dan DPRD berikut meng-gol-kan UU Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di parlemen. Tujuan akhirnya adalah pemilihan kepala daerah di 34 provinsi seluruh Indonesia ke depan, berpotensi bakal disapu bersih oleh koalisi sang Jenderal.
Mari kita kembali ke sepakbola, politik program seperti itu jika diaplikasikan ke Timnas U-19 yang saat ini akan berlaga di AFC Cup Myanmar maka coach Indra Sjafri harus mempersiapkan berbagai macam strategi untuk mencapai target Piala Dunia 2015 di Selandia baru. Coach Indra harus punya plan A, plan B, plan C dan seterusnya.
Jika gagal membongkar pertahanan Uzbekistan dengan pola 4-3-3, coach Indra harus berani merubah strategi dengan menyerang titik lemah dari pertahanan Uzbekistan.
Lebih jauh, jika kalah pada pertandingan pertama melawan Uzbekistan, coach Indra harus mempersiapkan strategi baru untuk menaklukan dua lawan berikutnya, Â Australia dan Uni Emirat Arab (UAE). Terlebih menghadapi UAE yang telah paham dengan skema permainan anak-anak Indonesia, dalam dua kali uji coba, diharapkan coach Indra mempunyai lebih banyak strategi daripada hanya plan A, plan B dan plan C.