Mohon tunggu...
Andri S. Sarosa
Andri S. Sarosa Mohon Tunggu... Insinyur - Instruktur, Trainer, Konsultan Sistem Manajemen + Bapak yang bangga punya 5 Anak + 1 Istri

Insinyur lulusan Usakti

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Lawak Adalah Hak Asasi

20 Januari 2014   11:27 Diperbarui: 3 November 2024   18:59 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: beritagar.com

Saat ini, sebagian televisi sedang kena wabah menyiarkan acara-acara yang bersifat hura-hura, seru-seruan dan (ngakunya) lucu-lucuan yang diisi oleh artis-artis sinetron, penyanyi dan pelawak. 

Sebut saja acara YKS di Trans TV, Pesbuker dan Campur Campur di AN TV atau yang akan tayang Ceplas Ceplos di Trans7. Bahkan para artis sinetron tersebut tidak malu-malu menyebut dirinya pelawak atau komedian.

Tapi mohon maaf, jika saya menonton acara-acara tersebut, saya tidak kunjung tertawa sebab saya lebih menggemari lawakan-lawakan cerdas ala Warkop (bukan film Warkop lho) atau grup-grup lawak lawas seperti Jayakarta grup atau Srimulat jaman Gepeng masih eksis.

Menurut saya, jenis lawakan bisa dibagi tiga sebagai berikut:

Lawak Candaan

Lawakan yang mempertontonkan sekelompok orang yang sedang bercanda satu sama lain. 

Anda diharapkan tertawa dengan melihat tingkah laku mereka yang terkadang dibuat konyol dan anda-pun diharapkan bisa menyelami dunia mereka sehingga candaan-candaan yang dilontarkan antar mereka bisa membuat anda tertawa.

Lawakan model begini sangat ringan dan terkadang tidak jelas alur ceritanya serta tidak meninggalkan kesan yang mendalam alias berlalu begitu saja. 

Contoh Lawakan Candaan adalah YKS, Pesbuker dan sejenisnya.

Lawak Standar

Lawakan yang dibentuk oleh sekelompok orang yang memang bertujuan agar anda tertawa menyaksikan tingkah laku mereka.

Biasanya lawakan mereka sudah mempunyai alur cerita dan konsep "lempar umpan" sudah berjalan dengan baik sehingga anda tidak disuguhkan dengan kekonyolan-kekonyolan tapi bisa tertawa hanya melalui permainan kata-kata.

Beda dengan Lawak Candaan, lawakan model begini bisa lebih meninggalkan kesan kelucuan bagi anda tanpa perlu menyelami dunia mereka dan tanpa perlu berpikir tapi paling tidak dalam beberapa hari mendatang, anda masih tetap ingat dengan kelucuan-kelucuan tersebut.

Contoh Lawakan Standar adalah Jayakarta grup, Empat Sekawan, OVJ, Srimulat dan lain-lain.

Lawak Cerdas

Lawakan ini memerlukan tingkat kecerdasan yang memadai bagi penontonnya.

Anda diajak berpikir sejenak untuk menemukan sense of humor dari sebuah cerita atau sebuah pertunjukkan. Anda tidak dilarang berimajinasi kemana-mana untuk menemukan kelucuannya bahkan terkadang pemahaman antar penonton bisa berbeda satu sama lain.

Tapi dijamin, jika anda menemukan sense of humor-nya, sampai puluhan tahun anda akan tetap mengingat kelucuan dari humor tersebut.

Contoh Lawakan Cerdas adalah Warkop versi kaset atau radio, Standing Comedy, Sersan Prambors dan lain-lain.

Yang jelas, lawak adalah hak asasi manusia, terserah anda mau pilih yang mana.

*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun