Mohon tunggu...
Andri S. Sarosa
Andri S. Sarosa Mohon Tunggu... Insinyur - Instruktur, Trainer, Konsultan Sistem Manajemen + Bapak yang bangga punya 5 Anak + 1 Istri

Insinyur lulusan Usakti

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Anak Saya Tidak (Mau) Merokok

10 Februari 2016   10:32 Diperbarui: 10 Februari 2016   10:40 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pulang kantor, seperti biasa ada pembicaraan suami istri. Istri saya menceritakan kegiatan ke-lima anak kami hari ini. Salah satunya menceritakan tentang anak kami yang laki-laki nomor urut empat yang masih duduk dibangku kelas 6 SD, namanya Falih.

“Teman-teman Falih dipanggil guru karena ketahuan merokok,” kata istriku.
“Hah, merokok?,” saya kurang yakin dan bertanya sambil nebak, “Si Dz*** ya?”
“Iya, salah satunya,” jawab istriku.
“Yaaah pantaslah, bapaknya juga merokok”.

**
Sebenarnya kuatir juga dengan anak saya Falih karena Si Dz*** ini adalah salah satu sahabat anak saya. Pulang sekolah kerap naik angkot bareng dan kadang-kadang main sepeda bersama. Lalu saya interogasi anak saya untuk tahu lebih jauh.

**
“Benar teman-teman kamu merokok?,” tanya saya.
“Iya,” jawab Falih.
“Kamu merokok nggak?”
“Nggak,“ jawab Falih tegas.
Saya bertanya lagi, “Siapa saja yang merokok?”.
Lalu Falih menyebut tidak kurang dari 5 nama anak-anak yang dipanggil guru kelas karena merokok.
“Lho, itu kan semua sahabat kamu?”
“Iya, tapi sekarang sudah nggak bersahabat lagi. Aku sudah nggak pernah main lagi dengan mereka”.
“Kenapa?”
“Udah nggak enak main sama mereka soalnya pada nakal dan merokok sih.”

“Falih sekarang mainnya sama Ry**, teman les-nya,” istri saya menimpali.
“Si Ry** merokok nggak?”, tanya saya kepada Falih.
“Nggak,” jawabnya tegas.

**
“Dengar ya Falih, ”Saya menasehati Falih. ”Papa nih nggak merokok, mama juga nggak merokok. Kalau kamu merokok berarti kamu bukan anak papa lagi. Narkoba juga bisa datang dari merokok, pertama-tama kamu coba-coba rokok, lama-lama pingin coba narkoba”.
“Iya Pa,” jawab Falih.
“Apa lagi kamu mau jadi TNI. Nanti waktu pemeriksaan kesehatan, ternyata paru-paru kamu ada bekas rokok, kamu nggak bakal bisa diterima jadi TNI”.

Ini sebenarnya imajinasi saya saja, betul atau tidak TNI tidak terima perokok?
Tapi Falih dengan tegas menjawab,”Iya Pa!”.

**
Alhamdulillah, anak saya Falih yang masih berumur 12 tahun sudah bisa membedakan mana teman-teman yang baik dan mana teman-teman yang kurang baik. Tanpa dinasehati, Falih bisa mengambil keputusan untuk menjauhi teman-temannya yang berkelakuan tidak selayaknya anak SD kelas 6.
Memang ... anak seusia Falih masih “ababil” (anak baru gede yang labil), karena itu perlu terus diawasi dan dibimbing kedua orang tuanya.
Kita perlu membuka diskusi yang jujur dan terbuka dengan anak-anak agar mereka tidak merahasiakan sesuatu kepada orang tuanya.

Semoga cita-cita Falih untuk menjadi TNI bisa tercapai.
Aamiin YRA.

***

Foto:
Karya Lomba Foto "Bebaskan Aku dari Asap Rokok" 2012
http://humas.ui.ac.id/fotohtts
Pengirim: Wendie Razif Soetikno,S.Si,MDM
Judul foto: Ampuhnya Rayuan
Deskripsi: Sekelompok anak-anak SD kepergok merokok setelah pulang sekolah. Dua anak yang duduk di tangga bawah merayu dua temannya yang duduk di tangga atas untuk merokok. Mereka kepergok karena anak yang baru belajar merokok itu terus batuk-batuk. Pihak sekola
Link: http://humas.ui.ac.id/sites/default/files/webform/lombafoto/Picture%2000...

**

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun