Ketika saya akan ditugaskan on the job training di Jepang pada tahun 1997, saya merasa was-was dengan kondisi transportasi disana. Bagaimana tidak, menurut informasi yang saya dapat, transportasi utama kota-kota di Jepang adalah Kereta Api (Commuter Line).
Masih ada trauma dengan kejadian tabrakan Kereta Api Bintaro tahun 1987, walaupun saya tidak terlibat didalamnya tapi lebih karena rumah saya dekat dengan daerah Bintaro.
Ditambah lagi, kondisi Commuter Line di Indonesia, Jabodetabek khususnya, saat itu benar-benar menakutkan melihat banyak orang berdesak-desakan dan ada pula yang naik ke atas atap gerbong Kereta.
Walaupun saya pernah naik Kereta BIMA (Biru Malam) Jakarta -- Surabaya atau Kereta Parahyangan ke Bandung tapi itu kan Kereta Antar Kota, bukan Commuter Line.
Alhasil itu semua membuat rasa was-was bahwa kondisi yang sama akan saya temui di Jepang.
Tapi ternyata oh ternyata.. kenyataannya kondisi Commuter Line Jepang jauh berbeda dengan Indonesia. Sebagai orang asing yang kurang paham bahasa Jepang, ternyata terjun ke dunia Commuter Line Jepang, kota Osaka khususnya, sangat mudah.
Berbagai petunjuk telah tersedia. Dari mulai tata cara pembelian tiket, memilih Stasiun tujuan, jalur Kereta sampai ketentuan posisi antrian, sangat mudah bagi pendatang yang baru pertama kali naik transportasi Commuter Line. Jadi, kita tidak perlu tanya sana sini untuk naik Kereta.
Jalur Commuter Line di kota Osaka juga unik. Dikenal dengan nama Osaka Loop Line, dimana jalur Kereta Commuter Line melingkari kota Osaka, ini semacam Tol Lingkar Luar kalau di Jakarta, dan dikelola oleh Pemerintah JR (Japan Railway, Indonesia: KAI).
Sedangkan jalur Kereta ditengah-tengah kota dikelola oleh swasta, termasuk jalur bawah tanahnya. Dan hebatnya Stasiun-Stasiun tersebut terintegrasi satu sama lain, sehingga jika bertukar Kereta lain kita tidak perlu keluar Stasiun.