Ngomong-ngomong soal konsol game, tentunya ini bagian dari sejarah hidup gue.
Bayangin, sejak tahun 1995 alias 1 tahun sejak pertama kali diluncurkan, gue, yang saat itu berumur 29 tahun, udah beli Konsol Game Play Station (PS1).
Ketuaan ngga sih? Rasanya ngga juga.. menurut gue, justru PS1 yang telat nongol, kenapa baru nongol saat gue setua itu? hahaha...
Waktu itu pernah juga coba beli Nintendo sebagai perbandingan tapi ternyata gue lebih memilih Play Station dari sisi variasi game-nya.. Alhasil Konsol Nintendo-nya gue kasih ke keponakan.
Saat menikah setahun kemudian di usia 30, PS1 tetap gue bawa kedalam kehidupan rumah tangga baru sebagai barang kesayangan. Bahkan virus PS1 sempat gue tulari ke istri gue sehingga dia juga mulai suka memainkan game Die Hard yang lumayan seru.
Nah, di tahun 1997 itu pula gue mendapat tugas training ke Jepang selama 1 tahun. Konsol PS1 yang berwarna abu-abu muda itupun tetap gue bawa sebagai sarana hiburan disana anggap aja PS1-nya "pulang kampung" karena Konsol PS1 ini buatan Sony Jepang dan diluncurkan perdana di Jepang pada 3 Desember 1994.
Saat di Jepang, teman-teman yang orang Jepang-pun memperingatkan bahwa CD PS1 yang gue bawa dari Indonesia itu adalah CD bajakan alias kopian. Jika ketauan oleh yang berwajib, bisa panjang urusannya. Saking takutnya, ya udahlah gue rela'in CD yang dari Indonesia gue "musnahkan".
Terus gimana dong nasib gue, masa ngga main PS selama setahun?
Berkat petunjuk teman-teman, gue diarahkan ke gang-gang kecil diseputaran Nipponbashi, Osaka Jepang  yang dikenal sebagai "Den Den Town", alias pusat perbelanjaan produk-produk elektronik, seperti Glodok di Jakarta. Nah di gang-gang kecil itulah banyak toko-toko yang menjual CD PS1 bekas, sedangkan di jalan-jalan utamanya menjual CD PS1 baru.
Kenapa cari yang bekas?
Yang baru dan ori mahal bro... sekitar 5.000 Yen perkeping CD alias Rp. 500.000 (kurs waktu itu). Kalau beli CD bekas, hanya dihargai 500 Yen (Rp. 50.000).Â